Hidup Lebih dari 1 Abad, Nenek Ini Ungkap Rahasia Umur Panjangnya

Tak banyak orang yang bisa mencapai usia lebih dari satu abad dengan tubuh yang masih sehat. Namun, seorang nenek berusia 105 tahun ini mendapatkan anugerah itu.

Wanita tersebut bernama Daisy Taylor dan berasal dari Stratford, London Timur. Ternyata, ini rahasia panjang umurnya.

Olahraga seperti yoga menjadi rahasia panjang umur bagi nenek berusia 105 tahun. Dia juga menghargai kehidupan yang dimilikinya.

Daisy mengungkapkan, di antara rahasia umur panjangnya adalah melakukan aktivitas yoga dan peregangan setiap hari. Dikutip dari BBC, dulu dirinya melakukan yoga di lantai, namun kini lebih sering melakukannya di kursi.

"Saya bisa melakukannya (yoga) di lantai, tetapi saya butuh seseorang untuk mengawasi saya jika saya butuh bantuan untuk berdiri," katanya.

Wanita ini merasa yoga meningkatkan kualitas pikirannya. Dia menjadi lebih cerdas di usianya yang lebih tua.

Dia bertekad untuk terus bergerak, sebab hal itu memungkinkannya menikmati hidupnya. Baginya, pose berdiri setengah bulan dalam yoga memberi peregangan yang baik. Kepada teman-teman dan keluarganya, dia pun menyarankan untuk berolahraga.

"Saya akan meminta orang-orang untuk menegakkan tubuh, menggerakkan bahu ke segala arah, tapi lakukan dengan santai pada awalnya," kata Daisy.

Tak hanya Daisy, saudara perempuannya, Alice berusia 103 tahun. Sementara lima saudaranya yang lain hidup hingga usia 90 tahunan. Menurutnya, selain yoga dan peregangan, rahasia hidup panjangnya adalah menghargai hal-hal kecil.

"Rahasia saya adalah ketika Anda terus bangun setiap hari, bersenang-senanglah," ungkapnya.

Dia begitu menghargai kehidupan yang dia miliki. Baginya kehidupan yang dia jalani menyenangkan.

Daisy lahir pada bulan November 1919 di Leytonstone, London Timur, dan meninggalkan sekolah pada usia 14 tahun. Ketika memasuki dunia kerja, dia bekerja di bidang permesinan, di pabrik sabun, dan mengelola toko roti, dan beberapa kafe.

Saat menginjak usia 19 tahun, dia bertemu mendiang suaminya di sebuah acara sosial. Dia dan suaminya memiliki tiga anak, 10 cucu, dan 25 cicit.

"Saya benar-benar menikmati hidup saya karena saat ini kehidupan saya menyenangkan," tambahnya.Video Gaya Hidup Sehat Amel Carla: Seimbangkan Ngemil dan Jadwal OlahragaVideo Gaya Hidup Sehat Amel Carla: Seimbangkan Ngemil dan Jadwal Olahraga(elk/tgm)rahasia kesehatanumur panjangnenek 105 tahunhidup sehat

Bikin Merinding! Dokter Temukan Kecoa hingga Laba-laba di Tubuh Manusia

Jakarta- Dokter menemukan hewan mengerikan seperti kecoa dan laba-laba di dalam tubuh pasien. Kejadian langka ini tentunya bikin merinding!

Seorang wanita di Taiwan terkejut saat mendapati telinganya menjadi sarang laba-laba. Dokter bahkan sudah menemukan kerangka laba-laba yang sudah berganti kulit di telinganya. Wanita berusia 64 tahun itu awalnya mengunjungi dokter THT di setelah menghabiskan empat hari mendengar suara-suara aneh di telinga kirinya. Kasus ini diterbitkan di The New England Journal of Medicine. (Foto: The New England Journal of Medicine).

Selama kolonoskopi skirining, seekor kecoa ditemukan di usus seorang wanita berusia 51 tahun dengan riwayat skizofrenia. Dokter menduga konsumsi kecoa yang tidak disengaja saat pasien mengonsumsi gelatin hijau sesaat sebelum prosedur. Kasus ini diterbitkan di Gastrointestinal Endoscopy (GIE) pada 2011. (Foto: Gastrointestinal Endoscopy (GIE))

Dokter menemukan ngengat di antara lipatan kolon transversal atau usus pria berusia 55 tahun. Serangga tersebut memiliki panjang kraniokaudal sekitar 6 mm dan lebar sayap 12, serta diidentifikasi sebagai ngengat yang termasuk dalam ordo Lepidoptera. Kasus ini dipublikasikan di ACG Case Reports Journal pada 2014. (Foto: ACG Case Reports Journal).

Seekor kepik ditemukan di kolon transversal atau usus pria berusia 59 tahun tanpa penyakit penyerta. Penelanan serangga jarang dilaporkan tetapi dapat terjadi bahkan saat tidur. Kasus ini dipublikasikan di ACG Case Reports Journal pada 2019. (Foto: ACG Case Reports Journal).

Terdapat seekor lebah madu di usus pria berusia 78 tahun. Pasien diketahui memiliki riwayat medis status kanker esofagus dan riwayat keluarga kanker usus besar pada saudara perempuannya. Kasus ini dipublikasikan di ACG Case Reports Journal pada 2024. (Foto: ACG Case Reports Journal).

Eks Petinggi WHO Beberkan Fakta soal Varian COVID ‘Nimbus’, Benarkah Lebih Menular?

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan sejumlah fakta terkait varian baru COVID-19 NB.1.8.1 atau dikenal sebagai varian Nimbus, yang kini tengah menjadi perhatian global.

"Pertama, Laporan Disease Outbreak News WHO terbaru menyebutkan bahwa mulai pertengahan April 2025 maka sirkulasi varian LP.8.1 mulai berkurang dan varian baru NB.1.8.1 mulai meningkat, dan kini mendapat perhatian penting dunia dan diberi nama varian Nimbus,' ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (12/6/2025).

Ia menuturkan, WHO telah menetapkan varian tersebut sebagai Variant Under Monitoring (VUM). Dalam sistem klasifikasi WHO, VUM adalah salah satu dari tiga kategori utama varian virus, di bawah Variants of Interest (VOI) dan Variants of Concern (VOC).

"Varian yang masuk kategori VUM berpotensi berubah status tergantung pada perkembangan data ilmiah ke depan," ujarnya.

Secara genomik, lanjut Prof Tjandra, varian Nimbus terkait dengan varian XDV.1.5.1 dan JN.1. Bila dibandingkan dengan varian LP.8.1 yang sebelumnya dominan, Nimbus memiliki beberapa mutasi penting pada protein spike, termasuk di posisi T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I.

Selain itu, mutasi spike di posisi 445 meningkatkan keterikatan virus dengan reseptor hACE2, yang diduga membuat varian ini lebih mudah menular, kemungkinan menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara saat ini.

Prof Tjandra yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI menuturkan mutasi lain di posisi 435 dan 478 menunjukkan penurunan efektivitas antibodi dalam menetralkan virus, sehingga memperkuat kemampuan imun dari varian ini.

"Hingga 18 Mei 2025 sebanyak 518 sekuens NB.1.8.1 telah dilaporkan ke GISAID dari 22 negara. Proporsi varian ini meningkat dari 2,5 persen pada awal April menjadi 10,7 persen secara global pada pekan epidemiologi ke-17 21-27 April 2025," ujarnya.

Adapun lonjakan ini terdeteksi di Asia, Eropa, dan Amerika. Karenanya, ia mendorong Indonesia untuk memperkuat surveilans genomik, termasuk melalui kebijakan tes COVID-19 pada semua pasien Severe Acute Respiratory Illness (SARI) yang dirawat dan 5 persen dari kasus Influenza-Like Illness (ILI).

"Kemudian, semua hasil positif COVID-19 pada kasus SARI lalu dikirimkan untuk pemeriksaan "Whole Genome Sequencing" di laboratorium," katanya.

NEXT: Gejala Tak Biasa Varian Nimbus

Tak hanya itu, Prof Tjandra juga menyebut, ada empat hal penting terkait varian Nimbus menurut World Health Network. Pertama, varian ini memang tampaknya lebih mudah menular.

Kedua, gejalanya bisa berupa sakit tenggorokan berat seperti tersayat silet (razor-blode), lemas, batuk ringan, demam, dan nyeri otot. Ketiga, tingkat keparahan penyakit masih perlu waktu untuk dikaji lebih lanjut.

Keempat, kemunculan varian ini pada musim panas menunjukkan COVID-19 tidak hanya menyebar saat cuaca dingin.

Tingkat Kesuburan Dunia Menurun, Banyak Pasangan yang Enggan Menambah Anak

Semakin banyak pasangan yang menunda atau memilih untuk tidak memiliki anak, bahkan enggan memiliki anak lebih dari satu. Hal ini juga dialami oleh seorang wanita di Mumbai, India, bernama Namrata Nangia. Ia dan suaminya telah mempertimbangkan untuk memiliki anak lagi, sejak putrinya telah beranjak lima tahun. Tetapi, wanita yang tinggal di Mumbai, India, itu selalu berpikir: "Apakah kami mampu memenuhi seluruh kebutuhannya?".

Namrata dan suaminya sebenarnya memiliki penghasilan tetap. Ia bekerja di perusahaan farmasi dan suaminya bekerja di perusahaan ban. Namun, ia mengaku biaya untuk membesarkan satu anak saja sudah sangat besar, mencakup biaya sekolah, bus sekolah, les renang, dan pergi ke dokter umum pun mahal.

"Dulu kami hanya bersekolah, tidak ada kegiatan ekstrakurikuler. Tetapi, sekarang kami harus mengirim anak kami berenang, les menggambar, dan hal lain yang perlu mereka lakukan," ucap Namrata, dikutip dari BBC.

Menurut laporan terbaru oleh United Nations Population Fund (UNFPA), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfokus pada kesehatan seksual dan hak reproduksi, mengungkapkan situasi Namrata menjadi 'norma global'. Badan tersebut juga melaporkan tingkat kesuburan global atau fertility rates mengalami penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

UNFPA selama ini bersikap tegas pada penurunan angka kelahiran, dengan memperingatkan ratusan juta orang tidak dapat memiliki anak sebanyak yang pasangan inginkan. Mahalnya biaya menjadi orang tua dan sulitnya menemukan pasangan yang cocok disebut sebagai beberapa penyebab utamanya.

UNFPA mensurvei 14.000 orang di 14 negara mengenai keinginan mereka untuk memiliki anak. Satu dari lima responden mengungkapkan mereka belum memiliki, atau berharap tidak akan memiliki jumlah anak seperti yang mereka inginkan.

Negara-negara yang disurvei meliputi Korea Selatan, Thailand, Italia, Hungaria, Jerman, Swedia, Brasil, Meksiko, Amerika Serikat, India, Indonesia, Maroko, Afrika Selatan, dan Nigeria, yang secara keseluruhan mencakup sepertiga dari populasi dunia.

Negara-negara tersebut mencakup gabungan negara berpendapatan rendah, menengah, dan tinggi, serta negara dengan tingkat kesuburan yang rendah maupun tinggi. UNFPA mensurvei orang dewasa muda serta mereka yang telah melewati usia reproduktif.

"Dunia telah memulai penurunan angka kesuburan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Dr Natalia Kanem, kepala UNFPA, dikutip dari BBC.

"Kebanyakan orang yang disurvei menginginkan dua anak atau lebih. Angka kesuburan menurun sebagian besar karena banyak yang merasa tidak mampu menciptakan keluarga yang mereka inginkan. Dan itulah krisis yang sebenarnya," katanya Dr Kanem.

Seorang demografer yang telah meneliti fertilitas di Eropa, Anna Rotkirch, juga terkejut dengan banyaknya responden berusia 50 tahun ke atas (31 persen) yang menuturkan ternyata mereka memiliki anak lebih sedikit dari yang mereka inginkan.

Survei ini, yang merupakan uji coba untuk penelitian di 50 negara pada akhir tahun ini, memiliki cakupan yang terbatas. Misalnya, jika menyangkut kelompok usia di suatu negara, ukuran sampelnya terlalu kecil untuk dapat diambil kesimpulan. Namun beberapa temuannya jelas.

Di semua negara, 39 persen responden mengungkapkan keterbatasan keuangan menghalangi mereka untuk memiliki anak. Persentase tertinggi tercatat di Korea Selatan (58 persen), sedangkan yang terendah di Swedia (19 persen).

Secara keseluruhan, hanya 12 persen responden yang menyebut infertilitas atau kesulitan untuk hamil sebagai alasan tidak memiliki jumlah anak yang mereka inginkan. Namun, angka ini lebih tinggi di negara-negara seperti Thailand (19 persen), Amerika Serikat (16 persen), Afrika Selatan (15 persen), Nigeria (14 persen), dan India (13 persen).

"Ini adalah pertama kalinya [PBB] benar-benar berupaya keras mengatasi masalah angka kelahiran rendah," kata Prof Stuart Gietel-Basten, demografer di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong.

Hingga saat ini, UNFPA lebih banyak berfokus pada perempuan yang memiliki anak lebih banyak dari yang mereka inginkan, serta pada 'kebutuhan yang tidak terpenuhi' akan kontrasepsi. Meski begitu, UNFPA mengimbau agar dunia berhati-hati dalam merespons rendahnya tingkat kelahiran.

"Saat ini, yang kita lihat adalah banyak retorika bencana, baik kelebihan populasi atau menyusutnya populasi, yang mengarah pada respons yang berlebihan, dan terkadang respons yang manipulatif," kata Dr Kanem.

"Dalam hal upaya membuat wanita memiliki lebih banyak anak, atau lebih sedikit."

Dr Kanem menuturkan, 40 tahun lalu China, Korea, Jepang, Thailand, dan Turki khawatir populasi mereka terlalu tinggi. Pada tahun 2015, mereka ingin meningkatkan angka kelahiran.

Daftar Minuman yang Bisa ‘Memecah’ Batu Ginjal, Ini Daftarnya

Hal terpenting adalah minum banyak air untuk membantu membuang batu dari dalam tubuh. Cairan lain seperti jus lemon atau jus apel serta ramuan herbal dapat membantu melarutkan batu atau meningkatkan produksi urine.

Batu ginjal berukuran lebih dari 10 milimeter hampir selalu memerlukan penanganan medis. Namun demikian, pengobatan alami ini tetap dapat mendukung terapi medis standar jika digunakan di bawah pengawasan dokter urologi, yaitu dokter spesialis saluran kemih.

Berikut beberapa minuman yang bisa membantu memecah batu ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh, dikutip dari Verywellhealth:

Jika didiagnosis mengidap batu ginjal, usahakan untuk minum 3 hingga 4 liter (sekitar 12 hingga 16 gelas) air per hari. Air tersebut sebaiknya diminum secara teratur sepanjang hari dan sebanyak mungkin di malam hari.

Minum air dalam jumlah ini akan menghasilkan 2,5 hingga 3 liter urine berwarna sangat terang. Volume ini membantu mempercepat pengeluaran batu dan mencegah pengkristalan mineral yang bisa memperbesar ukuran batu ginjal.

Jus lemon mengandung sitrat (asam sitrat), yaitu senyawa yang membuat urine menjadi lebih asam dan membantu mencegah pembentukan jenis batu ginjal yang paling umum, yakni batu kalsium oksalat.

Sebuah studi kecil yang diterbitkan pada tahun 2021 melaporkan minum 60 mililiter (sekitar 4 sendok makan) jus lemon segar dua kali sehari dapat mengurangi risiko kekambuhan batu ginjal lebih dari 50 persen pada orang dengan riwayat batu ginjal. Ini menunjukkan potensi manfaat serupa bagi mereka yang sedang mengeluarkan batu ginjal, meskipun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendukung klaim ini.

Cuka apel mengandung asam asetat, yang dapat memengaruhi keseimbangan pH urine. Beberapa penelitian menunjukkan cuka apel dapat melindungi dari batu kalsium, serta batu asam urat dan batu sistin.

Cuka apel juga kaya akan polifenol nabati, yaitu senyawa dengan efek antiinflamasi kuat yang mungkin membantu meringankan nyeri akibat batu ginjal. Namun, bukti bahwa cuka apel dapat melarutkan batu ginjal masih sangat terbatas.

Para ahli merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi lebih dari 20 mililiter (sekitar 2 sendok makan) cuka apel per hari, dan itu pun harus diencerkan dengan baik dalam air. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan kehilangan kalium dan bahkan merusak enamel gigi.

Minum jus delima telah lama dipelajari sebagai metode alami untuk mencegah batu ginjal. Kaya akan antioksidan, buah delima dikenal membantu mengurangi peradangan dan mencegah pembentukan kristal kalsium.

Meskipun belum jelas apakah delima dapat mempercepat pengeluaran batu ginjal, buah ini dapat membantu mencegah kristalisasi lanjutan yang dapat membuat batu lebih sulit dikeluarkan.

Turun-temurun digunakan sebagai ramuan tradisional, air barley dipercaya mampu meningkatkan aliran urine, melepaskan toksin, dan melapisi sisi tajam batu ginjal agar lebih mudah dilewati. Racikan ini cocok dikonsumsi sepanjang hari agar saluran kemih tetap lancar.

Minuman elektrolit alami ini tidak hanya menyegarkan, tetapi juga mampu mendukung fungsi ginjal dan membantu memecah mineral penyusun batu ginjal. Air kelapa sebaiknya dikonsumsi secara rutin untuk manfaat jangka panjang.

Video Mitos atau Fakta: Minum Es Jeruk Bantu Cegah Pembentukan Batu GinjalVideo Mitos atau Fakta: Minum Es Jeruk Bantu Cegah Pembentukan Batu Ginjal(kna/kna)batu ginjalkesehatan ginjalpencegahan batu ginjal

Kena Serangan Jantung di Usia 20-an? Ini Cerita Mereka yang Pernah Mengalaminya

Serangan jantung, meskipun paling sering dikaitkan dengan orang dewasa yang lebih tua, dapat dan memang terjadi pada individu berusia 20-an. Beberapa faktor, termasuk kecenderungan genetik, penyalahgunaan zat, dan kondisi medis tertentu, dapat menyebabkan serangan jantung di usia muda ini.

Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala serangan jantung yang umum, sehingga sulit untuk mendeteksinya sejak dini. Mengenali gejala seperti pusing, mual, atau sesak napas sangatlah penting untuk mencegah penyakit ini semakin parah.

Berikut kisah pasien muda yang selamat dari serangan jantung.

Molly Schroeder mengalami serangan jantung saat usianya masih 21 tahun. Dia tak menyangka, di usianya yang masih muda, jantungnya bisa bermasalah serius.

Saat terkena serangan jantung, dia merasakan nyeri dada yang terasa aneh dan tidak biasa, jauh berbeda dari nyeri yang disebabkan oleh masalah otot. Tak hanya itu, sesak napas tiba-tiba juga menghampirinya, disusul rasa lelah yang ekstrem tanpa alasan jelas.

"Mereka melakukan EKG dan perawat berujar, 'Ini gila. Ini menunjukkan Anda mengalami serangan jantung, tetapi kemungkinannya adalah 1 banding 100.000,'" kenang Schroeder kepada Healthline.

Setelah menjalani pemeriksaan selama 16 jam, dokter memastikan bahwa gumpalan darah telah menyebabkan penyumbatan sebesar 90 persen di salah satu arteri koroner utamanya.

Karena ia memiliki lubang di jantungnya (cacat septum atrium), yang didiagnosis saat ia masih kecil, maka kemungkinan besar hal tersebut bersama dengan gumpalan darah tersebut menjadi penyebab serangan jantungnya.

Seorang mahasiswi berusia 23 tahun, Apollonia Babos, awalnya hanya bersantai dengan temannya dan menjalani liburan dengan tenang di kapal pesiar. Namun di hari kelima liburannya, dia merasakan sensasi aneh di dadanya.

Kala itu, Apollonia mencoba berbaring, berjalan-jalan, dan mandi. Rasa sakitnya tak kunjung membaik, jadi ia dan temannya memutuskan untuk mengunjungi kantor medis kapal pesiar, tempat mereka melakukan beberapa tes. Tim medis memberi tahu teman Apollonia bahwa kondisinya tampak stabil, dan menyarankan temannya untuk kembali ke kamar sementara mereka menyelesaikan tes.

Segera setelah temannya pergi, Apollonia mengalami serangan jantung mendadak dan meninggal secara klinis selama delapan menit sementara tim medis berusaha menyadarkannya. Setelah sadar, dia langsung dilarikan ke Ryder Trauma Center di Jackson South.

Dr Bashar Obeidou yang menanganinya menuturkan arteri utama di bagian depan jantung Apollonia tersumbat yang memicu sakit dada hingga serangan jantung.

Tips Mencegah Terkena Serangan JantungTips Mencegah Terkena Serangan Jantung(naf/kna)serangan jantungusia mudakesehatan jantunggejala serangan jantungpenyebab serangan jantungpencegahan serangan jantung

Mendagri: Perbanyak Ruang Terbuka Biar Warga Sehat! Biaya Lebih Murah dari Berobat

Ruang terbuka, seperti taman, area olahraga, hingga kegiatan seperti car-free day dan car-free night dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif bergerak.

"Berolahraga juga jadi salah satu upaya untuk pencegahan terkena penyakit ya. Studi di Singapura menunjukkan bahwa membangun banyak ruang olahraga, ruang terbuka membuat masyarakat yang bergerak, masyarakat jadi sehat," ucapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (12/6/2025).

Ia menekankan biaya pembangunan ruang publik jauh lebih murah dibandingkan dengan menanggung beban subsidi kesehatan ketika masyarakat sudah jatuh sakit.

"Itu lebih murah membuat tempat ruang terbuka, taman dan lain-lain dibanding masyarakat sudah sakit diberikan subsidi, itu lebih murah," lanjutnya.

"Saya sudah pernah menyampaikan dan nanti mungkin saya akan buat sebuah edaran, kepada setiap kepala daerah, untuk berbanyak ruang masyarakat untuk berolahraga," lanjutnya lagi.

Mendagri juga menyoroti pentingnya pembangunan jalur pejalan kaki (pedestrian) yang ramah bagi masyarakat. Menurutnya, jalur pedestrian perlu dilengkapi dengan pepohonan yang dapat memberikan kenyamanan dan perlindungan dari panas, agar masyarakat terdorong untuk berjalan kaki.

"Makin banyak pohon juga makin baik, dan tadi, kalau ada ruang-ruang yang idle, punya masyarakat, punya apa pemerintah, buatlah, itu ruang untuk berolahraga yang menarik, sehingga anak-anak bisa berolahraga," tuturnya lagi.

Video China Sebut Lonjakan Kasus infeksi Pernapasan gegara Musim DinginVideo China Sebut Lonjakan Kasus infeksi Pernapasan gegara Musim Dingin(suc/suc)ruang terbukakesehatan masyarakatolahragamendagripembangunan publik

Pilu Terserang Stroke di Umur 21, Ini 6 Kebiasaan yang Bisa Jadi Pemicu

Banyak yang mengira stroke hanya menyerang usia tua. Tapi siapa sangka, seorang wanita di Inggris mengalami stroke di usianya yang masih 21 tahun.

Phoebe O'Shaughnessy, awalnya mengeluhkan sakit kepala selama empat hari. Sakitnya tak kunjung reda meski dia meminum obat apapun sehingga dirinya memutuskan ke rumah sakit.

"Saat bangun, saya tidak bisa berbicara atau berjalan, dan sisi kanan wajah saya mulai melemah," ucap Phoebe.

Kejadian yang sama juga dirasakan oleh Elsa, seorang wanita di Tangerang. Dia terkena stroke di usia 29 tahun, usia yang masih sangat muda.

Tiga hari sebelum stroke, Elsa mengeluh pusing tak tertahankan. Kala itu, dokter tidak mengira Elsa kena stroke dan langsung diperbolehkan pulang. Mengira gejalanya mereda, tiga hari kemudian seluruh badan di area kirinya tidak bisa digerakkan dan dia sulit berbicara.

"Pola makan saya nggak sehat, sukanya yang fast food, nggak pernah olahraga apalagi tidur selalu jam 2 subuh, sekarang hanya bisa terapi," beber Elsa kepada detikcom Jumat (7/2/2025).

Terkait meningkatnya angka stroke di usia muda, Dr dr Jacub Pandelaki, SpRad(K), menuturkan ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, catatan pelaporan kasus yang relatif baik daripada tahun-tahun sebelumnya.

Kedua, teknologi deteksi dini sehingga pasien muda yang terserang stroke lebih mudah diketahui. Ketiga, faktor gaya hidup yang juga berperan memicu stroke usia muda.

Gejala stroke yang harus dikenali yakni:

Stroke yang terjadi di usia muda bisa dipicu faktor gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan saat ini yang cenderung instan juga bisa menjadi pemicu terjadinya stroke.

"Jadi pola hidup mempunyai pengaruh yang besar, itulah kenapa pada usia muda sekarang ini bisa dimungkinkan terkena stroke," terang dr Jacob.

Orang yang mengonsumsi makanan tinggi garam atau makanan yang kaya lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol berisiko tinggi terkena stroke dan penyakit jantung.

"Makanan tinggi garam meningkatkan tekanan darah dan merupakan faktor risiko stroke," kata Dr Praveen Gupta, Direktur Utama & Kepala, Departemen Neurologi, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram.

Rebahan terus tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik yang teratur bisa memicu stroke. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan berbagai kondisi kesehatan lain seperti obesitas yang terkait dengan stroke.

Stres mungkin sulit untuk dihindari sepenuhnya. Tapi paparan stres tidak terkontrol yang terus menerus bisa menyebabkan masalah kronis. Tekanan yang diberikan pikiran ke tubuh saat menghadapi situasi yang membuat stres bisa meningkatkan tekanan darah. Kemudian selanjutnya meningkatkan kemungkinan terkena stroke.

Spesialis neurologi dr Sigit Dewanto H, SpN, FINS, FINA menuturkan secara tidak langsung, kebiasaan begadang dan kurang tidur bisa memicu stroke.

"Kalau kita kurang tidur, metabolisme kita terganggu. Jadinya korelasinya gampang terkena faktor-faktor risikonya. Jadi nggak direct, tapi indirect. Jadi faktor risikonya dulu yang muncul. Seperti darah tinggi, gula, itu semua bisa muncul. Itu korelasinya kecapekan tadi kurang istirahat," terangnya saat ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Spesialis saraf dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), dr Henry Riyanto, SpN, menyebut energy drink memiliki kandungan neurostimulan. Konsumsi berlebihan tak cuma mempengaruhi saraf, tapi juga bisa meningkatkan tekanan darah serta denyut jantung.

"Pada orang-orang yang sudah memiliki faktor risiko sebelumnya, ada gangguan dinding pembuluh darah misalnya, akhirnya itu bisa terjadi kalau misalnya ada plak di pembuluh darahnya. Nantinya plaknya bisa menimbulkan stroke iskemik atau sumbatan," kata dr Henry dalam perbincangan dengan detikcom.

Menurut penelitian yang dilakukan INTERSTROKE, minuman berkarbonasi, baik yang mengandung gula maupun pemanis buatan, seperti soda, dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terkena stroke pertama atau pendarahan intraserebral sebesar 22 persen.

"Kandungan gula yang tinggi dalam minuman berkarbonasi biasa dapat menyebabkan obesitas, diabetes, dan hipertensi, yang semuanya merupakan faktor risiko utama stroke iskemik dan pendarahan intraserebral," kata Christopher Yi, dokter bedah vaskular di Memorial Orange Coast Medical Center, California.

Stroke adalah penyakit yang bisa dicegah. Mengganti kebiasaan sehari-hari menjadi lebih sehat bisa mencegah penyakit mematikan ini. Beberapa yang bisa dilakukan yakni:

Kasus COVID-19 Naik, Warga Malaysia Ramai-ramai Pengin Vaksin Booster

Praktisi kesehatan melihat minat baru terhadap vaksinasi dan booster untuk COVID-19, khususnya di antara populasi yang rentan. Hal ini terjadi di tengah lonjakan kasus COVID-19 yang mengkhawatirkan di negara-negara tetangga.

Dokter umum Dr Parmjit Singh menuturkan minat vaksinasi booster muncul kembali karena warga sangat waspada mengingat meningkatnya kasus varian baru COVID-19 di Thailand dan Singapura.

"Sangat penting bagi individu yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi terbaru guna mempertahankan perlindungan yang kuat, terutama terhadap varian yang muncul," jelasnya yang dikutip dariThe Straits Times.

Dr Parmjit menunjukkan bahwa meski situasi COVID-19 di Malaysia mungkin tampak stabil, tetapi virus itu belum sepenuhnya hilang.

"Warga Malaysia diimbau untuk menjaga kebersihan dengan baik, memakai masker di tempat yang ramai atau tertutup, dan mencari pertolongan medis jika muncul gejala," terang Dr Parmjit.

"Kesadaran publik yang berkelanjutan dan perilaku yang bertanggung jawab adalah kunci untuk mencegah lonjakan kasus lainnya. Varian baru dapat menyebar lintas batas melalui perjalanan dan interaksi masyarakat," sambungnya.

Salah satu orang yang masuk dalam kelompok rentan lansia di Malaysia, B Premala (68), menuturkan telah divaksinasi dan juga menerima satu suntikan booster pada 2021. Tetapi, ia menuturkan tidak mau lagi menerima suntikan keempat.

"Saya berhati-hati dan memakai masker saat pergi ke tempat ramai. Saya sadar bahwa karena usia, saya rentan terhadap virus, tetapi saya tetap berhati-hati," ucapnya.

NEXT: Perkiraan penyebab kenaikan kasus COVID-19 di Malaysia

Dr Parmjit mengungkapkan salah satu hal yang dikaitkan dengan peningkatan kasus COVID-19, yakni masalah cuaca. Tetapi, sampai saat ini tidak ada bukti pasti bahwa cuaca yang kering dapat meningkatkan lonjakan kasus COVID-19.

"Perubahan cuaca dapat mempengaruhi perilaku manusia. Orang mungkin menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan ber-AC selama musim panas dan kering, yang dapat meningkatkan risiko penularan virus," bebernya.

"Penyebaran virus bergantung pada faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, cakupan vaksinasi, tindakan kesehatan masyarakat, dan perilaku individu," tegas Dr Parmjit.

Senada dengan Dr Parmjit, Ketua Komite Kesehatan Penang, Malaysia, Daniel Gooi menuturkan belum ada bukti bahwa cuaca yang kering dan panas dapat meningkatkan penularan COVID-19.

Namun, kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan di negara bagian itu terjadi selama hari libur besar. Selain itu, bisa juga karena periode perayaan karena meningkatnya perjalanan, pelonggaran tindakan pencegahan, dan pertemuan sosial.

"Meskipun tidak ada bukti bahwa cuaca kering meningkatkan penularan COVID-19 di Malaysia, kondisi panas dan kering dapat menyebabkan lebih banyak pertemuan di dalam ruangan. Ini dapat memfasilitasi penyebaran virus," pungkasnya.

Wamenkes Pastikan COVID-19 RI Terkendali

"Iya masih (COVID-19 di Indonesia terkendali), manageable," kata Dante ketika ditemui awak media di Jakarta Timur, Kamis (12/6/2025)."Jadi memang virus ini kan selalu akan mengalami replikasi dan mengalami mutasi. Ini kita memang nggak bisa lepas dari hidup dengan COVID. Kita tetap terus hidup dengan COVID. COVID ini memang terus akan ada," sambungnya.

Dante mengingatkan masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan mengingat infeksi varian-varian baru ini tidak menimbulkan gejala yang parah. Kekebalan tubuh masyarakat sudah terbentuk cukup baik karena vaksin yang sudah didapatkan sebelumnya.

Meski begitu, ia mengingatkan orang-orang berisiko tinggi untuk tetap hati-hati. Jangan sampai infeksi COVID-19 memperparah kondisi penyakit yang sudah ada.

"Makanya di rumah sakit kalau sekarang ada resiko tinggi, mengalami gejala influenza-like illness, maka cepat diperiksa panel virusnya karena di situ ada pemeriksaan COVID-nya," kata.

Berdasarkan laporan terakhir Kementerian Kesehatan, tercatat ada total 75 kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025. Sementara, pada periode pekan ke-22 tercatat dua kasus.

Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebanyak 8 persen pada minggu ke-22 tahun 2025, dari minggu sebelumnya hanya 4 persen.

Varian yang menyebar di Indonesia saat ini adalah MB.1.1 dan KP.2.18. Pihak Kemenkes menuturkan hingga saat ini belum ditemukan varian Nimbus yang belakangan disorot lantaran masuk daftar Variant Under Monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Secara umum (keduanya) memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah)," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman terpisah.

COVID Nimbus: Varian Baru COVID-19 yang Belum Bisa Diprediksi KeganasannyaCOVID Nimbus: Varian Baru COVID-19 yang Belum Bisa Diprediksi Keganasannya(avk/up)wamenkescovid-19varian nimbuskesehatan masyarakatvaksinasi