Potret Anak-anak Babi Jadi Terapi Jiwa bagi Warga Kyiv di Tengah Perang

health28 Dilihat

Kyiv- Warga Kyiv menemukan pelipur lara lewat anak babi lucu di sebuah kafe unik. Kafe dengan anak babi itu menawarkan kehangatan dan harapan.

Di jantung kota Kyiv, di tengah sirine serangan udara yang terus-menerus, suara senjata pertahanan udara, dan pesawat nirawak yang terbang di atas kepala, terdapat surga kecil yang penuh kegembiraan dan ketenangan—sebuah kafe unik tempat warga ibu kota yang tertekan menemukan pelipur lara di antara anak-anak babi yang suka bermain. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Kafe tersebut, yang menjadi sumber kehangatan di masa-masa sulit, digagas oleh Denys Davydenko dan istrinya Yuliia, yang kembali ke tanah air mereka setelah hidup sebagai pengungsi di Prancis. Terinspirasi oleh kehadiran hewan yang bersifat terapeutik, mereka memperkenalkan konsep kafe anak babi ke Ukraina, yang menawarkan sepotong kebahagiaan di tengah konflik yang sedang berlangsung. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Bintang-bintang kecil kafe itu, Peppa, Duo, Batman, Gucci, Chanel, Bombombini-Parosini, dan Ray, bukanlah anak-anak babi biasa. Di usianya yang baru 1,5 bulan, berat mereka antara 1,5 dan 3 kg, dan berat mereka diperkirakan akan bertambah sepuluh kali lipat saat mereka dewasa. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Meskipun ukurannya kecil, mereka memiliki kapasitas yang sangat besar untuk memberikan kenyamanan dan kebahagiaan bagi setiap orang yang mereka temui. Tingkah laku mereka yang lucu dan gerutuan mereka yang lembut menawarkan pelarian sesaat dari kenyataan pahit di luar sana, memberikan kelegaan emosional yang sesungguhnya bagi mereka yang berinteraksi dengan mereka. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Kafe tersebut merupakan pengingat akan ketangguhan rakyat Ukraina, yang menemukan cara untuk tersenyum bahkan di masa-masa tersulit. Kesenangan sederhana saat berada di antara anak-anak babi yang menggemaskan menciptakan tempat perlindungan—tempat di mana harapan dan kebahagiaan tumbuh subur melawan segala rintangan. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *