Metode Jalan Kaki 6-6-6, Cara Mudah untuk Menjaga Kesehatan

Metode jalan kaki yang bisa dipilih adalah 6-6-6. Apa saja yang harus dilakukan?

Metode 6-6-6 terdiri dari kegiatan jalan kaki pukul 6 pagi dan 6 sore, jalan kaki 60 menit sehari, pemanasan, dan pendinginan. Dikutip dari laman Health Shots, begini penjelasannya.

Berjalan kaki pukul 6 pagi memberi berbagai manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Aktivitas ini baik untuk meningkatkan metabolisme, yang memunginkan kalori terbakar lebih efisien sepanjang hari.

Jalan pagi juga memungkinkan tubuh mendapatkan udara yang segar dan bersih, sehingga membantu meningkatkan fungsi paru-paru dan kesehatan pernapasan secara umum. Ditambah, lingkungan yang menenangkan di pagi hari membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Jalan kaki pukul 6 sore juga memberi banyak manfaat kesehatan, terutama bagi orang-orang yang menghabiskan waktu seharian dengan duduk di meja kerja. Jalan kaki bisa membantu meredakan stres fisik dan mental yang menumpuk sepanjang hari.

Menurut sebuah penelitian dalam Nutrients Journal, waktu berjalan kaki memengaruhi glukosa darah postprandial atau kadar gula darah setelah makan. Jalan cepat di sore hari bisa melancarkan pencernaan, mengurangi kembung, dan mendukung peningkatan kualitas tidur.

Banyak manfaat kesehatan yang didapat dari jalan kaki selama 60 menit sehari. Aktivitas ini sangat baik untuk meningkatkan kesehatan kardiovaskular dengan memperkuat jantung dan menurunkan tekanan darah. Jalan cepat secara teratur juga bisa membantu manajemen berat badan dan mengurangi risiko penyakit kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung.

Selain itu, berjalan selama 60 menit sehari juga bisa meningkatkan fungsi kognitif, termasuk memori, dan keterampilan dalam memecahkan masalah.

Pemanasan mencakup peregangan ringan dan latihan mobilitas, seperti gerakan memutar lengan, latihan leher, dan peregangan sederhana lainnya. Cukup dilakukan selama 6 menit sebelum rutinitas jalan kaki, pemanasan akan membantu tubuh mendapatkan hasil yang lebih baik, sekaligus mengurangi risiko cedera.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Creative Research Thoughts, pemanasan juga bisa meningkatkan performa dengan meningkatkan fungsi otot dan mengurangi nyeri otot.

Pendinginan selama 6 menit setelah berjalan kaki singkat sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Selama pendinginan, detak jantung dan pernapasan melambat secara bertahap, yang memungkinkan tubuh menyesuaikan suhunya.

Waktu pendinginan juga membantu mengeluarkan racun dari otot, yang mengurangi ketidaknyamanan dan kekakuan otot. Latihan pendinginan seperti peregangan ringan bisa membantu meningkatkan fleksibilitas dan rentang gerak.Mitos atau Fakta: Lari Lebih Efektif Bakar Lemak Dibanding Jalan KakiMitos atau Fakta: Lari Lebih Efektif Bakar Lemak Dibanding Jalan Kaki(elk/tgm)jalan kakiolahragametode jalan kaki 666

COVID-19 Varian Nimbus Menyebar Cepat di 22 Negara, Kemenkes RI Angkat Bicara

Varian Nimbus atau NB.1.8.1 disebut menjadi salah satu biang kerok kenaikan kasus COVID-19 di beberapa negara. Subvarian Omicron JN.1 ini pertama kali dideteksi pada akhir Januari 2025.

Hingga 18 Mei 2025, tercatat ada 22 negara yang mendeteksi varian Nimbus di wilayahnya. Beberapa pasien yang terpapar varian tersebut melaporkan gejala seperti demam, menggigil, batuk, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, kelelahan, kesulitan bernapas, hingga diare.

Pakar imunologi fakultas kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo, MSi, SpMK menyebut setidaknya ada tiga faktor yang meningkatkan kasus COVID-19 belakangan ini, yaitu adanya varian baru, penurunan kekebalan populasi, serta perubahan perilaku masyarakat setelah pandemi.

"Varian baru ini merupakan hasil mutasi Omicron, mulai dari JN.1 hingga NB.1.8.1. Varian NB.1.8.1 ini dikenal dengan nama Nimbus. Nimbus memiliki perbedaan struktur spike yang sangat signifikan dari varian Omicron sebelumnya," ujar dr Agung dikutip dari laman resmi Unair, Selasa (10/6/2025).

dr Agung menerangkan mutasi seperti Nimbus dan Omicron mampu menghindari sistem kekebalan yang terbentuk tubuh, termasuk dari vaksin generasi awal. Hal ini membuat varian baru memiliki risiko penyebaran lebih luas, meski gejala cenderung ringan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 23 Mei 2025 mermasukkan varian Nimbus dalam daftar Variants Under Monitoring (VUMs). Meski varian nimbus menular lebih cepat, WHO menuturkan risiko infeksinya tidak seganas varian-varian sebelumnya.

Peningkatan rawat inap dan kematian terkait kemunculannya juga tidak ditemukan.

"Mempertimbangkan bukti yang tersedia, risiko kesehatan masyarakat tambahan yang ditimbulkan oleh NB.1.8.1 dievaluasi rendah pada tingkat global," tulis WHO.

Modifikasi protein spike COVID-19 Nimbus meningkatkan kapasitas penularannya dan sebagian mengurangi kemanjuran penetralan antibodi tertentu yang dihasilkan oleh infeksi sebelumnya.

NEXT:Belum ada laporan Varian Nimbus di Indonesia

Beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Singapura telah melaporkan adanya varian ini. Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut belum ada laporan terkait varian NB.1.8.1 ini. Identifikasi varian virus dilakukan dengan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS).

"Sampai Minggu ke-23, Subvarian yang masih bersirkulasi di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18, secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah)," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman saat dihubungi detikcom, Selasa (10/6/2025).

Berikut ini daftar negara yang sudah melaporkan adanya COVID-19 varian Nimbus:

Separah Apa COVID-19 Varian Nimbus? Ini Pengakuan Warganet yang Terinfeksi

Pertama kali diidentifikasi pada akhir Januari, varian tersebut memiliki nama resmi NB.1.8.1 tetapi dikenal secara informal sebagai 'Nimbus'. Merupakan turunan dari keluarga Omicron dari subgaris keturunan COVID, dan telah semakin umum sepanjang musim semi di Eropa, Amerika, dan Pasifik Barat.

"NB.1.8.1 telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) SARS-CoV-2 dengan proporsi yang meningkat secara global, sementara LP.8.1 mulai menurun," kata WHO dalam pernyataan mereka untuk varian tersebut.

Varian COVID-19 'Nimbus' memiliki mutasi yang dapat meningkatkan daya tularnya dan memungkinkannya lolos dari antibodi tertentu. Meskipun demikian, "mempertimbangkan bukti yang tersedia, risiko kesehatan masyarakat tambahan yang ditimbulkan oleh NB.1.8.1 dievaluasi rendah pada tingkat global," tulis WHO.

Modifikasi protein lonjakan Nimbus dapat meningkatkan kapasitas penularannya dan sebagian mengurangi kemanjuran penetralan antibodi tertentu yang dihasilkan oleh infeksi sebelumnya, yang keduanya akan berkontribusi pada penyebarannya.

Lebih lanjut, organisasi kesehatan dunia itu menuturkan bahwa tidak ada bukti bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan varian lain yang saat ini beredar. Peningkatan rawat inap atau kematian terkait kemunculannya juga tidak diamati.

COVID-19 Varian Nimbus memiliki gejala khas pada keluhan di bagian leher. Dokter mengibaratkan gejalanya seperti nyeri setelah terkena pecahan kaca. Ditandai dengan rasa sakit yang tajam dan menusuk saat menelan, sering kali berada di bagian belakang tenggorokan.

Menurut Naveed Asif, dokter umum di The London General Practice, gejala lain yang terkait dengan COVID-19 varian 'Nimbus' tersebut termasuk kemerahan di bagian belakang mulut dan pembengkakan kelenjar leher, serta gejala COVID-19 umum seperti demam, nyeri otot, dan hidung tersumbat.

Sementara dr Zhong Nanshan, ahli epidemiologi terkemuka di China menuturkan kepada media pemerintah negara itu kerap melaporkan kasus nyeri tenggorokan seperti terkena pecahan kaca pada pasien yang membutuhkan perawatan pasca infeksi COVID-19.

Banyak warga China juga memposting secara daring di platform media sosial Weibo, menuturkan gejalanya terasa menyakitkan dan membuat merasa benar-benar kehabisan tenaga.

Selain itu gejala COVID-19 varian Nimbus juga disertai keluhan:

COVID Nimbus: Varian Baru COVID-19 yang Belum Bisa Diprediksi KeganasannyaCOVID Nimbus: Varian Baru COVID-19 yang Belum Bisa Diprediksi Keganasannya(kna/up)varian nimbusnb.1.8.1varian nb.1.8.1covid-19virus corona

RI Catat 75 Kasus COVID-19 di 2025, Kemenkes Ungkap Situasi Terkini

Berdasarkan total keseluruhan, ada 75 kasus positif COVID-19 yang tercatat pada 2025. Sementara itu, pada periode minggu ke-22 tercatat ada dua kasus positif.

Adapun subvarian COVID-19 yang merebak saat ini di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18. Hingga saat ini belum ditemukan varian 'Nimbus' atau NB.1.8.1 yang baru-baru ini disorot lantaran masuk daftar Variant Under Monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Secara umum (keduanya) memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah)," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman saat dihubungi detikcom, Selasa (10/6/2025).

Senada, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga menyebut adanya sedikit peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

"Betul ada peningkatan kasus COVID di negara ASEAN, kita aja juga ada kenaikan sedikit. Jadi temen-temen tetep waspada, kalau ada batuk-batuk segera dites," katanya saat ditemui di acara RSHS Bandung, dikutip dari detikJabar, Rabu (10/6)

Meski begitu, ia meminta kepada masyarakat untuk tak perlu khawatir karena varian COVID-19 yang ada saat ini relatif lemah dan kasusnya masih di bawah 1 persen. Dirinya juga menyarankan untuk segera melakukan tes apabila mengalami gejala batuk.

"Masih kecil sekali, masih di bawahnya 1 persen, ada peningkatan memang," pungkasnya.

Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?(suc/suc)kasus covid-19 2025covid-19kemenkes rivarian covid-19subvarian mb.1.1

Dokter Harvard Ungkap 6 Makanan-Minuman yang Bisa Picu Kanker, No 2 Kerap Dikonsumsi

Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan. Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker, termasuk lingkungan hingga genetik. Faktor makanan dan minuman yang tidak sehat dan dikonsumsi sehari-hari juga diam-diam bisa memengaruhi risiko kanker.

Seorang ahli gastroenterologi lulusan Harvard, dr Saurabh Sethi, menyoroti ada enam jenis makanan sehari-hari yang secara ilmiah dikaitkan dengan perkembangan dan progresi kanker. Apa saja? Simak penjelasan berikut ini, seperti dikutip dari Times of India.

Daging olahan dianggap sebagai pilihan yang kaya protein. Beberapa orang bahkan menganggapnya sebagai pilihan makanan yang lebih mudah. Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), daging olahan diklasifikasikan sebagai karsinogen Kelompok 1, yang berarti ada bukti kuat bahwa daging olahan dapat menyebabkan kanker, khususnya kanker kolorektal.

dr Sethi memperingatkan nitrat dan pengawet yang digunakan dalam daging ini dapat merusak sel-sel yang melapisi usus dan memicu perubahan kanker. Ia menyarankan untuk mengganti daging olahan dengan daging tanpa lemak yang dimasak di rumah seperti ayam panggang, atau bahkan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan lentil.

Soda dan minuman manis lainnya kerap dianggap sebagai sumber energi atau peningkatan suasana hati. dr Sethi menekankan, minuman manis tak hanya meningkatkan kadar gula darah, tetapi juga memicu peradangan kronis yang dapat mempercepat progresi kanker.

Sering mengonsumsi minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker terkait obesitas seperti kanker payudara, pankreas, dan usus besar.

Menggoreng dengan minyak yang banyak, terutama minyak yang digunakan berulang kali, dapat menyebabkan terbentuknya akrilamida, senyawa yang diketahui dapat memicu peradangan dan meningkatkan risiko kanker.

dr Sethi menyoroti, konsumsi makanan yang digoreng secara teratur dikaitkan dengan stres oksidatif dan peradangan kronis, lingkungan tempat kanker 'tumbuh subur'.

NEXT: Makanan Hangus hingga Makanan Olahan

dr Sethi menyoroti bahaya tersembunyi, saat makanan, seperti daging terlalu matang atau gosong, akan menghasilkan amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang diketahui dapat merusak DNA.

Kerusakan DNA yang berulang merupakan langkah kunci menuju terjadinya pertumbuhan sel kanker.

dr Sethi menuturkan konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah sedang, dikaitkan dengan risiko kanker terkait hormon yang lebih tinggi seperti kanker payudara dan hati.

Alkohol dapat mengubah kadar estrogen dan mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi penting seperti folat, yang berperan dalam perbaikan DNA.

Makanan kemasan hingga makanan siap saji dianggap sebagai penyelamat dalam rutinitas yang padat. Makanan-makanan ini tidak mengandung nutrisi alami dan mengandung banyak zat aditif buatan, gula olahan, dan lemak tidak sehat. dr Sethi menekankan, konsumsi makanan ultra-olahan sering memicu peradangan kronis tingkat rendah, salah satu faktor utama dalam proses kanker.

Waspada! Pakar Ungkap Gejala COVID Varian ‘Nimbus’ yang Bisa Muncul di Perut

Varian ini juga menjadi dominan di beberapa wilayah Asia, termasuk Singapura, China, hingga Hong Kong. Para ahli menekankan, meski strain COVID-19 sebelumnya kerap dikaitkan dengan gejala seperti flu, NB.1.8.1 dapat menyebabkan masalah gastrointestinal seperti:

Pasien yang mengalami kembung, sembelit, dan nyeri perut juga dapat dikaitkan dengan gejala COVID-19 varian Nimbus.

"Gejala umum [dari NB.1.8.1] meliputi sakit tenggorokan , kelelahan, demam, batuk ringan, nyeri otot, dan hidung tersumbat. Gejala gastrointestinal juga dapat terjadi dalam beberapa kasus," imbuh Dr Lara Herrero, Associate Professor dan Pemimpin Penelitian Virologi di Griffith University, dikutip dari Mirror.

Di sisi lain, varian Nimbus atau NB.1.8.1 pertama kali terdeteksi pada akhir Januari. Varian ini merupakan subvarian Omicron JN.1 dan telah mengalami peningkatan tajam dalam kasus global beberapa minggu terakhir.

Hingga 18 Mei 2025, sebanyak 518 sekuens NB.1.8.1 telah dikirimkan ke GISAID dari 22 negara, mewakili 10,7 persen dari total sekuens global yang tersedia pada minggu epidemiologi ke-17, yakni 21-27 April tahun 2025. Meskipun tergolong rendah, prevalensi ini meningkat signifikan dari 2,5 persen, empat minggu sebelumnya pada minggu epidemiologi ke-14, yakni periode 31 Maret-6 April 2025.Vaksin COVID-19 yang saat ini disetujui diperkirakan tetap efektif terhadap varian ini, baik untuk mencegah gejala maupun penyakit berat.

COVID Nimbus: Varian Baru COVID-19 yang Belum Bisa Diprediksi KeganasannyaCOVID Nimbus: Varian Baru COVID-19 yang Belum Bisa Diprediksi Keganasannya(suc/suc)covid-19varian nimbusgejala gastrointestinalmualmuntah

‘Reaction Time’ di Balik 5 Penyelamatan Memukau Emil Audero, Meski Tetap Dibantai Jepang

Timnas Indonesia memang kalah telak enam gol tanpa balas dari timnas Jepang di laga pamungkas Kualifikasi Piala Dunia 2026 Grup C Zona Asia, Selasa (10/6). Namun, di laga tersebut ada sosok Emil Audero yang mencuri perhatian di Osaka, Jepang.

Terlepas dari kekalahan telak tersebut, Jay Idzes cs bisa saja kebobolan lebih banyak jika tak ada Emil Audero di bawah mistar. Pasalnya, eks kiper Juventus ini bikin lima penyelamatan memukau di laga ini.

Salah satu faktor yang membuat seorang Emil Audero mampu dengan cekatan memotong atau menepis bola adalah dirinya memiliki reaction time atau waktu yang diberikan oleh tubuh untuk merespons stimulus eksternal di atas rata-rata.

Spesialis olahraga dr Andhika Raspati, SpKO menuturkan salah satu bekal yang harus dimiliki seorang kiper, terlebih sekelas Audero adalah 'reaction time' yang bagus.

"Salah satu yang dilatih di kiper ini adalah reaction time. Jadi bener-bener kecepatan reaksi dia. Nah, itu kan di kiper harga mati," kata dr Dhika saat dihubungi detikcom, Selasa (10/6/2025).

"Bahkan sekarang sampai ada tuh yang kacamata dipakai kiper buat ngelatih fokus. Nah itu juga termasuk untuk melatih waktu reaksi dia," sambungnya.

Dikutip dari Diamond Football, reaction time memiliki peranan sangat penting di sepak bola. Hal ini karena olahraga ini serba cepat, sehingga keputusan harus diambil hanya dalam hitungan detik.

Bagi seorang kiper, baik buruknya reaction time akan menentukan keberhasilan dan kegagalan. Seperti yang diketahui, pada level sepak bola elit, kecepatan tendangan dari seorang pemain membuat bola terkadang sulit dilihat oleh mata telanjang.

Reaction time dari penjaga gawang yang mumpuni dapat membantu dirinya untuk menentukan posisi berdiri, menepis, atau menangkap bola hasil sepakan lawan.

Selain itu, respons yang lebih cepat memungkinkan kiper membuat keputusan yang lebih baik dalam situasi bertekanan tinggi. Refleks yang lebih cepat juga dapat membantu pemain menghindari potensi tabrakan dan tekel di lapangan.

Potret Anak-anak Babi Jadi Terapi Jiwa bagi Warga Kyiv di Tengah Perang

Kyiv- Warga Kyiv menemukan pelipur lara lewat anak babi lucu di sebuah kafe unik. Kafe dengan anak babi itu menawarkan kehangatan dan harapan.

Di jantung kota Kyiv, di tengah sirine serangan udara yang terus-menerus, suara senjata pertahanan udara, dan pesawat nirawak yang terbang di atas kepala, terdapat surga kecil yang penuh kegembiraan dan ketenangan—sebuah kafe unik tempat warga ibu kota yang tertekan menemukan pelipur lara di antara anak-anak babi yang suka bermain. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Kafe tersebut, yang menjadi sumber kehangatan di masa-masa sulit, digagas oleh Denys Davydenko dan istrinya Yuliia, yang kembali ke tanah air mereka setelah hidup sebagai pengungsi di Prancis. Terinspirasi oleh kehadiran hewan yang bersifat terapeutik, mereka memperkenalkan konsep kafe anak babi ke Ukraina, yang menawarkan sepotong kebahagiaan di tengah konflik yang sedang berlangsung. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Bintang-bintang kecil kafe itu, Peppa, Duo, Batman, Gucci, Chanel, Bombombini-Parosini, dan Ray, bukanlah anak-anak babi biasa. Di usianya yang baru 1,5 bulan, berat mereka antara 1,5 dan 3 kg, dan berat mereka diperkirakan akan bertambah sepuluh kali lipat saat mereka dewasa. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Meskipun ukurannya kecil, mereka memiliki kapasitas yang sangat besar untuk memberikan kenyamanan dan kebahagiaan bagi setiap orang yang mereka temui. Tingkah laku mereka yang lucu dan gerutuan mereka yang lembut menawarkan pelarian sesaat dari kenyataan pahit di luar sana, memberikan kelegaan emosional yang sesungguhnya bagi mereka yang berinteraksi dengan mereka. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Kafe tersebut merupakan pengingat akan ketangguhan rakyat Ukraina, yang menemukan cara untuk tersenyum bahkan di masa-masa tersulit. Kesenangan sederhana saat berada di antara anak-anak babi yang menggemaskan menciptakan tempat perlindungan—tempat di mana harapan dan kebahagiaan tumbuh subur melawan segala rintangan. Foto: REUTERS/Alina Smutko

Dikenal Antivax, Menkes AS Pecat Semua Panel Ahli Komite Vaksin CDC

Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi atau The Advisory Committee for Immunization Pract (ACIP) membuat rekomendasi tentang keamanan, kemanjuran, dan kebutuhan klinis vaksin.

"Hari ini kami memprioritaskan pemulihan kepercayaan publik di atas agenda pro atau antivaksin tertentu," kata Kennedy dalam sebuah pernyataan dikutip dari ABC News, Rabu (11/6/2025).

Dalam siaran pers, HHS menuturkan pemerintahan Biden menunjuk semua 17 anggota ACIP yang sedang menjabat, dengan 13 dari penunjukan tersebut terjadi pada tahun 2024.

Penunjukan tersebut berarti pemerintahan Trump harus menunggu hingga tahun 2028 sebelum memilih mayoritas anggota komite, menurut Kennedy.

Kennedy menuturkan mengganti anggota komite yang sedang menjabat akan membantu memulihkan kepercayaan publik.

"Pembersihan menyeluruh diperlukan untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap ilmu vaksin," pernyataan Kennedy berlanjut.

"Anggota baru ACIP akan memprioritaskan kesehatan masyarakat dan pengobatan berbasis bukti. Komite tidak akan lagi berfungsi sebagai stempel karet untuk agenda industri yang mencari untung," sambung dia.

Kennedy juga menulis bahwa ACIP tidak pernah merekomendasikan vaksin 'bahkan yang kemudian ditarik karena alasan keamanan.'

Pertemuan ACIP berikutnya dijadwalkan pada tanggal 25-27 Juni. Kennedy menuturkan pada hari Selasa (10/2) malam bahwa ia akan menunjuk anggota baru dalam "beberapa hari mendatang" dan bahwa mereka akan memilih "dokter dan ilmuwan yang sangat berkualifikasi" dan bukan "anti-vaksin ideologis."

Kennedy telah menghadapi kritik atas aktivisme anti-vaksinnya, yang mencakup pendirian lembaga nirlaba anti-vaksin terbesar di negara itu.

Video AS Setop Pewarna Makanan Sintetis Berbasis Minyak BumiVideo AS Setop Pewarna Makanan Sintetis Berbasis Minyak Bumi(kna/kna)antivaksinkesehatan masyarakatrobert f. kennedy jr.cdcvaksin

Kini Ada Nimbus, Ternyata Ini Alasan Varian Baru COVID-19 Bermunculan

Baru-baru ini, sejumlah negara melaporkan peningkatan kasus COVID-19, termasuk di Indonesia. Hal ini biasanya tak luput dari kemunculan varian baru COVID-19, seperti XFG, NB.1.8.1 atau varian nimbus, hingga MB.1.1 dan KP.2.18.

Varian XFG misalnya, saat ini tengah merebak di India. XFG ini merupakan varian rekombinan atau hasil dari gabungan materi genetik dari dua varian berbeda yang menginfeksi seseorang secara bersamaan.

Varian NB.1.8.1 atau varian Nimbus saat ini sudah merebak di 22 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, hingga Australia. Varian ini juga menjadi dominan di beberapa wilayah Asia, termasuk Singapura, China, hingga Hong Kong. Varian ini bukanlah rekombinan, melainkan sublineage atau turunan dari varian Omicron, khususnya bagian dari keluarga XBB.

Sementara itu, MB.1.1 dan KP.2.18 adalah varian yang saat ini merebak di Indonesia. Keduanya memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1.

Selain varian-varian tersebut, masih banyak lagi varian COVID yang beredar. Lantas, apa yang menjadi pemicu varian baru terus bermunculan?

Epidemiolog Dicky Budiman menuturkan SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, adalah virus RNA yang memiliki sifat mudah bermutasi, terutama ketika masih beredar luas di populasi manusia. Setiap kali virus tersebut menginfeksi seseorang, ada peluang terjadinya perubahan atau mutasi genomnya.

"Mayoritas mutasi ini tidak signifikan, tetapi beberapa mutasi bisa membuat virus lebih menular, lebih mampu menghindari kekebalan, atau bahkan lebih sulit terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh," ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (11/6/2025).

"Varian seperti XFG, MB.1.1, dan NB.1.8.1 adalah bagian dari turunan Omicron varian yang paling dominan saat ini. Mereka berkembang karena seleksi alam, artinya varian yang bisa bertahan dan menyebar lebih baik akan lebih mendominasi," imbuhnya lagi.

Oleh karena itu, Dicky mengimbau agar masyarakat tetap waspada namun tidak perlu panik. Sejauh ini, lanjutnya, varian baru tersebut belum menunjukkan peningkatan keparahan penyakit secara signifikan jika dibandingkan dengan varian Omicron sebelumnya.

Meski begitu, ia menilai vaksinasi tetap penting dilakukan, khususnya bagi kelompok rentan. Hal ini dikarenakan penularan virus masih tinggi, terutama di populasi yang imunitasnya mulai menurun, baik karena belum vaksinasi ulang (booster) atau karena infeksi sebelumnya sudah lama terjadi.

Selain vaksin, perlu juga menggunakan masker di ruangan tertutup dan ramai, terutama saat ada lonjakan kasus atau saat merasa tidak enak badan.

"Tetap di rumah bila sakit adalah bentuk tanggung jawab sosial untuk mencegah penularan. Perhatikan ventilasi ruangan dan tetap jaga kebersihan tangan," sambungnya lagi.

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.