Temuan Cek Kesehatan Gratis, Warga +62 Paling Banyak Kena Penyakit Ini

Program ini dilaksanakan di 9.552 puskesmas di 38 provinsi. Sebanyak 8.623.665 orang telah mengikuti pemeriksaan, dengan mayoritas peserta yakni 62,24 persen adalah perempuan.

"Ini artinya 2 dari 3 peserta adalah perempuan. Artinya, kesadaran kaum perempuan untuk memeriksakan diri jauh lebih tinggi. Namun kami juga mendorong kaum laki-laki agar tidak ragu untuk cek kesehatan secara berkala," ujar Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya, Kamis (12/6/2025).

Dari hasil pemeriksaan tersebut, ada empat masalah kesehatan yang paling banyak dialami warga Indonesia yakni hipertensi, kerusakan gigi, diabetes dan obesitas.

Lebih rinci, data Kementerian Kesehatan per 12 Juni 2025 menunjukkan 1 dari 5 peserta mengalami hipertensi, 5,9 persen mengalami diabetes melitus, dan 1 dari 2 peserta mengalami masalah gigi dan mulut, mulai dari gigi berlubang, gigi goyang, hingga gusi turun.

Obesitas sentral juga menjadi perhatian, dengan prevalensi 50 persen pada perempuan dan 25 persen pada laki-laki, berdasarkan pengukuran lingkar pinggang (>90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan).

"Tiga masalah besar lainnya hipertensi, diabetes, dan obesitas adalah faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke. Dan dua penyakit inilah penyebab kematian nomor satu dan dua di Indonesia," jelas Menkes.

Video: Warga yang Ultah Januari Bisa Cek Kesehatan Gratis Sampai AprilVideo: Warga yang Ultah Januari Bisa Cek Kesehatan Gratis Sampai April(kna/kna)cek kesehatan gratiscek kesehatan gratis kemenkeskemenkeshipertensidiabetesobesitas

Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

Selama ini kita tahu bahwa komplikasi COVID-19 bisa menyerang berbagai organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dan tak terkecuali ginjal. Namun, riset dari UCLA Health menemukan fakta menarik: pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami kerusakan ginjal parah jika mereka sudah divaksinasi.

Dikutip dariNBC News,para peneliti di UCLA Health menganalisis rekam medis dari sekitar 3.500 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Maret 2020 hingga Maret 2022. Mereka membandingkan pasien yang telah menerima setidaknya dua dosis vaksin mRNA (Moderna atau Pfizer) atau satu dosis Johnson & Johnson Janssen, dengan pasien yang belum divaksinasi.

Studi ini fokus pada peserta yang mengalami kerusakan ginjal parah hingga membutuhkan dialisis khusus bernama CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy). Terapi ini adalah dialisis tanpa henti yang berfungsi menggantikan kerja ginjal dalam menyaring limbah dari darah, dan biasanya diberikan pada pasien di unit perawatan intensif.

Sekitar 16 persen pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi membutuhkan CRRT selama dirawat, dibandingkan dengan hanya 11 persen pasien yang sudah divaksinasi. Bahkan, pasien yang tidak divaksinasi memiliki risiko dua setengah kali lebih tinggi untuk membutuhkan CRRT setelah keluar dari rumah sakit.

Mereka juga menghadapi risiko kematian yang jauh lebih tinggi setelah dipulangkan, dibandingkan dengan pasien yang sudah divaksinasi. Temuan ini selaras dengan studi Yale University School of Medicine pada 2021 yang menunjukkan 30 persen pasien COVID-19 yang dirawat mengalami cedera ginjal akut.

Para ahli menerangkan, virus COVID-19 dapat merusak ginjal secara langsung atau secara tidak langsung melalui kerusakan organ lain seperti jantung dan paru-paru. Semakin parah gejala COVID-19, semakin besar risiko kerusakan ginjal. Namun, infeksi ringan atau tanpa gejala jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan.

Profesor Biostatistik Yong Chen dari University of Pennsylvania, yang meneliti komplikasi COVID-19 termasuk masalah ginjal pada anak-anak, menerangkan bahwa vaksinasi melindungi ginjal terutama dengan mencegah bentuk parah COVID-19 yang menyebabkan cedera ginjal.

"Meskipun vaksin tidak secara langsung melindungi sel-sel ginjal, mereka meredam penyakit sistemik yang jika tidak akan menyebabkan kegagalan multi-organ," ujarnya.

Bantahan Kemenkes soal Narasi Mpox Efek Samping Vaksin Covid-19Bantahan Kemenkes soal Narasi Mpox Efek Samping Vaksin Covid-19(kna/kna)vaksin covid-19kerusakan ginjalkomplikasi covid-19kesehatan ginjal

Malu Banget! Pemuda Ini Masukkan Kabel USB ke Alat Kelaminnya, Berujung Operasi

Dokter yang melaporkan kasus tersebut di jurnal Cureus menuliskan bahwa pasien mengaku telah memasukkan benda-benda lain sebelumnya, seperti pengorek kuping atau cotton bud sampai kawat dan bisa dia keluarkan sendiri demi kepuasan seksual. Namun kali ini dia mendapati dirinya tak bisa mencabut kabel USB yang dimasukkan ke penisnya.

Hasil CT scan menunjukkan bahwa pemuda itu mendorong kabel USB melingkar begitu dalam di uretranya hingga masuk ke kandung kemih sebelum akhirnya tersangkut di sana.

Upaya awal sempat dilakukan dengan mencabut kabel menggunakan tangan namun tidak berhasil. Akhirnya, tim medis memutuskan mencabut kabel menggunakan alat khusus yang membuat pemuda itu harus dioperasi kecil.

Setelah dirawat di rumah sakit selama seminggu, pria itu dipulangkan dan diberi obat penghilang rasa sakit juga antibiotik. Sebulan kemudian, dia melakukan kontrol, beruntung tak ada masalah jangka panjang yang terjadi setelah kasus memalukan itu.

"Memasukkan benda ke dalam uretra sendiri untuk alasan seksual atau alasan lainnya jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan bahaya serius," kata tim medis.

Risiko yang diketahui termasuk infeksi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan sepsis yang mengancam jiwa sebagai kerusakan permanen pada organ reproduksi.

Video Menkes Ajukan Tunjangan Senilai Rp 30 Juta untuk Dokter Wilayah 3TVideo Menkes Ajukan Tunjangan Senilai Rp 30 Juta untuk Dokter Wilayah 3T(kna/kna)operasi daruratkabel usburetrakesehatan seksualcedera alat kelamin

Kebiasaan Jalan Kaki ala Jepang Ini Lebih Baik dari 10 Ribu Langkah Sehari

Selain itu banyak dari kita kesulitan meluangkan dua jam untuk mencapai target tersebut karena kesibukan kerja dan kewajiban lainnya.

Kabar baiknya, ada solusi yang lebih efisien untuk mendapatkan manfaat kesehatan setara 10.000 langkah dalam waktu yang jauh lebih singkat yakni metode 'jalan kaki ala Jepang' atau interval walking.

Sebuah studi di Jepang pada tahun 2007 melibatkan 246 orang dewasa berusia rata-rata 63 tahun. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok: tidak berjalan kaki sama sekali, berjalan kaki terus menerus dengan kecepatan sedang (8.000+ langkah/hari), dan kelompok ketiga melakukan interval walking.

Kelompok interval walking berjalan kaki perlahan selama tiga menit, lalu berjalan cepat dengan usaha keras selama tiga menit, mengulang siklus ini selama 30 menit, empat kali atau lebih dalam seminggu.

Hasilnya, mereka yang melakukan interval walking terbukti lebih unggul dalam meningkatkan tekanan darah, kadar glukosa darah, dan indeks massa tubuh. Metode ini juga menghasilkan peningkatan terbesar dalam kekuatan otot kaki dan kapasitas aerobik (kemampuan tubuh menyerap dan menggunakan oksigen). Studi jangka panjang bahkan menunjukkan metode ini melindungi dari penurunan kekuatan dan kebugaran yang terjadi seiring penuaan.

"Interval walking adalah salah satu alat yang paling sering diabaikan namun sangat efektif untuk meningkatkan kesehatan jangka panjang, terutama pada orang dewasa paruh baya dan lansia," kata Dr Ramit Singh Sambyal, kepada NYPost.

Untuk memastikan mencapai kecepatan yang tepat, cara ini bisa dilakukan.

Mitos atau Fakta: Lari Lebih Efektif Bakar Lemak Dibanding Jalan KakiMitos atau Fakta: Lari Lebih Efektif Bakar Lemak Dibanding Jalan Kaki(kna/kna)jalan kakiinterval walkingkesehatan jantungkebugarantips kebugaran

Peneliti Wuhan Temukan Virus Baru Berpotensi Pandemi, Masih Kerabat COVID-19

Studi ini dipimpin oleh Shi Zhengli, seorang ahli virologi terkemuka yang dikenal sebagai "batwoman" karena penelitian ekstensifnya tentang virus corona yang ada di kelelawar. Studi ini dilakukan di Laboratorium Guangzhou bersama dengan para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Guangzhou, Universitas Wuhan, dan Institut Virologi Wuhan.

Meskipun belum ada konsensus tentang asal-usul virus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus tersebut berasal dari kelelawar dan melompat ke manusia melalui inang perantara. Shi sendiri telah membantah bahwa institusi tempatnya bekerja bertanggung jawab atas wabah tersebut.

Penemuan terbaru ini adalah garis keturunan baru dari virus corona HKU5 yang pertama kali diidentifikasi pada kelelawar pipistrelle Jepang. Virus baru ini berasal dari subgenus merbecovirus, yang juga mencakup virus penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Yang paling mengkhawatirkan adalah kemampuan virus ini untuk berikatan dengan angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) manusia. Ini adalah reseptor yang sama yang digunakan oleh virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 untuk menginfeksi sel.

"Kami melaporkan penemuan dan isolasi garis keturunan berbeda (garis keturunan 2) dari HKU5-CoV, yang dapat memanfaatkan tidak hanya ACE2 kelelawar tetapi juga ACE2 manusia dan berbagai ortolog ACE2 mamalia [- gen yang ditemukan pada spesies berbeda dengan asal yang sama]," tulis para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Cell dikutip dari SCMP.

Para peneliti menemukan bahwa ketika virus diisolasi dari sampel kelelawar, ia dapat menginfeksi sel manusia serta massa sel atau jaringan yang ditumbuhkan secara artifisial yang menyerupai organ pernapasan atau usus mini.

HKU5-CoV-2 tidak hanya berikatan dengan reseptor ACE2 pada manusia tetapi juga pada berbagai spesies lain, yang semuanya dapat bertindak sebagai inang perantara dan menularkannya ke manusia.

Meskipun sebelumnya jurnal Cell pernah menerbitkan makalah dari tim University of Washington di Seattle dan Universitas Wuhan yang mengungkapkan bahwa meskipun strain HKU5 dapat berikatan dengan reseptor ACE2 kelelawar dan mamalia lain, mereka tidak mendeteksi ikatan yang "efisien" dengan manusia.

Tim Shi mengungkapkan bahwa HKU5-CoV-2 memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap ACE2 manusia dibandingkan dengan garis keturunan 1 virus tersebut dan "mungkin memiliki jangkauan inang yang lebih luas dan potensi yang lebih tinggi untuk infeksi antarspesies."

Penemuan ini menjadi pengingat akan pentingnya terus memantau virus pada hewan liar untuk mencegah potensi wabah di masa depan.

Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19(kna/kna)virus corona barupotensi pandemipenelitian wuhankelelawarsars-cov-2

Gelombang COVID-19 Masih Landa Singapura, Catat 15 Ribu Kasus dalam Sepekan

Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengungkapkan gelombang COVID-19 di negaranya mereda. Jumlah kasus yang tercatat menjadi sekitar 15.300 per minggu.

Berdasarkan data terbaru, jumlah rawat inap akibat COVID-19 juga ikut mereda. Kasusnya menurun menjadi sekitar 118 per hari.

Dalam unggahan media sosial Facebook miliknya pada 14 Juni 2025, Ong menuturkan gelombang pertama kasus COVID-19 muncul pada akhir April. Di periode tersebut, Singapura mencatat perkiraan lonjakan infeksi mingguan menjadi sekitar 26.400 kasus.

Saat itu, tim medis juga menghadapi peningkatan jumlah pasien COVID-19, dengan kasus rawat inap harian mencapai sekitar 174 orang.

"Kabar baiknya adalah kasus ICU (Unit Perawatan Intensif) tetap rendah secara konsisten selama gelombang ini, bertahan hanya sekitar dua hingga tiga kasus per hari," terang Ong yang dikutip dariThe Straits Times.

"Ini menunjukkan bagaimana sistem keperawatan kesehatan kita telah membangun ketahanan yang lebih kuat dalam mengelola COVID-19," sambungnya.

Di tengah tanda-tanda bahwa gelombang COVID-19 melambat, ia menuturkan bahwa pengawasan terhadap air limbah juga menurun. Ini mengacu pada barometer yang cepat dan akurat untuk mendeteksi penyakit.

Meski begitu, dalam postingannya Ong mengingatkan masyarakat bahwa COVID-19 mirip dengan influenza musiman. Gelombang kasus COVID-19 masih dapat memberikan tekanan pada sistem perawatan kesehatan di Singapura.

Ong melanjutkan bahwa warga Singapura harus terus bersiap menghadapi pandemi baru atau gelombang di masa mendatang.

"Kami akan terus memantau situasi dengan seksama, terutama munculnya varian baru, dan memberikan informasi terbaru kepada masyarakat," tuturnya.

YouTuber Mr Beast Diet Puasa Tanpa Makan selama 14 Hari, Begini Efek ke Tubuhnya

Youtuber Jimmy Donaldson, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung MrBeast berusia 27 tahun ini mencoba tantangan baru yang ekstrem: puasa 14 hari hanya dengan mengonsumsi air.

Meskipun tidak bisa disebut tak bugar, MrBeast dengan tinggi 195 cm memiliki berat sekitar 110 kg, menempatkan BMI-nya di angka 26, yang tergolong kelebihan berat badan. Dalam video YouTube terbarunya yang telah ditonton lebih dari 3 juta kali, ia menceritakan kepada komedian Theo Von bagaimana tantangan ini memberikan efek 'menyedihkan' pada tubuhnya.

"Saya puasa 14 hari, hanya air. Saya kehilangan sekitar 20 pon (sekitar 9 kg)," ujar MrBeast dalam video tersebut dikutip dariDailyMail.

"Setelah hari kelima atau keenam, Anda akan sangat lemas, tidak punya energi sama sekali."

Sebelum puasa, ia melakukan pemindaian DEXA untuk mengukur lemak dan otot tubuhnya. Hasilnya setelah puasa cukup mengejutkan.

"Saya kehilangan sekitar enam pon (sekitar 2,7 kg) otot, itu cukup menyedihkan. Jadi, saya kehilangan 13 pon (sekitar 5,9 kg) lemak," jelasnya.

Yang lebih membuatnya depresi, bahkan setelah kembali makan, massa ototnya tidak langsung kembali seperti semula.

"Sangat berat tidak makan. Saya masih syuting dan bekerja selama itu, benar-benar mengganggu saya," tambahnya.

"Berdiri saja sangat menyiksa, apalagi berjalan, karena Anda tidak punya energi sama sekali."

MrBeast mencatat progres berat badannya selama dua minggu puasa. Pada hari ketiga, beratnya sudah turun hampir 4 pon (sekitar 1,8 kg) menjadi 98,2 kg. Hari keenam menjadi 95,3 kg, dan hari ke-10 menjadi 93,5 kg.

Namun, pada hari ke-12, dengan berat hanya 92,7 kg, ia merasa sangat mual hingga tidak bisa syuting lebih dari 20 menit tanpa duduk istirahat.

"Pada akhir hari saya merasa seperti akan pingsan," katanya. Pada hari ke-14, beratnya mencapai 91,6 kg, membuat BMI-nya masuk kategori sehat.

Meskipun demikian, MrBeast dengan tegas memperingatkan bahwa ia selalu didampingi tim dokter sepanjang dua minggu puasa tersebut untuk memantau tanda-tanda vitalnya seperti detak jantung dan tekanan darah, memastikan ia tidak mengalami "serangan jantung atau yang lebih buruk".

"Seperti yang saya nyatakan berkali-kali dalam video, jangan coba ini di rumah tanpa pengawasan medis seperti yang saya miliki," tegasnya.

Ia juga melanjutkan konteks bahwa ia mengidap penyakit Crohn dan ingin mencoba puasa untuk mengurangi peradangan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

Ciri-ciri Kena Kanker Otak yang Jarang Disadari, Tak Selalu Sakit Kepala

Ternyata beberapa tanda kanker otak bisa muncul di malam hari. Tetapi, kerap tidak disadari dan akhirnya terlambat untuk ditangani secara medis.

Dikutip dari beberapa sumber, berikut tanda-tanda kanker otak yang jarang disadari muncul di malam hari:

Dikutip dari National Cancer Institute, orang yang mengalami kanker otak berpotensi mengalami perubahan pola tidur. Para ahli melaporkan hampir satu dari lima pasien mengalami perubahan pola tidur yang mengganggu aktivitas di siang hari.

Kondisi tersebut perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko munculnya kecemasan dan depresi.

"Gangguan tidur tersebar luas di kalangan pasien neuro-onkologi," beber Terri Armstrong, PhD, dari cabang neuro-onkologi (NOB) di pusat penelitian kanker.

Dalam pengamatannya, Terri menemukan perubahan pola tidur pada pasien kanker otak setelah melakukan studi observasional menggunakan perangkat pintar. Itu dapat mengukur tidur, detak jantung, dan pola aktivitas pasien.

Terri dan peneliti lainnya juga menggabungkan pengukuran fisiologis tersebut dengan penilaian dari para pasien kanker otak.

Tidur berfungsi untuk mengistirahatkan tubuh, memulihkan diri, dan membuat tubuh lebih segar untuk menjalani aktivitas keesokan harinya. Tetapi, jika merasakan tidur terganggu atau merasa tidak cukup tidur, hal ini bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental di kehidupan sehari-hari.

Gangguan tidur merupakan gejala umum dari kanker otak atau tulang belakang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh perubahan fisik, efek samping dari pengobatan, atau kecemasan terkait kanker.

Jika gejala seperti itu muncul, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat serta cepat. Mendiagnosis diri sendiri atau self diagnose dapat memperlambat penanganan yang bisa berisiko fatal.

Sakit kepala bisa menjadi gejala dari berbagai penyakit, salah satunya kanker otak. Jika kerap mengalami sakit kepala yang berbeda dan rasa nyeri berubah saat berpindah posisi, wajib diwaspadai.

Ahli Onkologi Saraf dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center (MSK) Lauren Schaff, salah satu faktor yang menyebabkan sakit kepala adalah penumpukan tekanan.

"Jika Anda mengidap kanker otak dan berbaring sepanjang malam, tekanan akan lebih tinggi daripada saat dalam posisi duduk tegak," terang Schaff.

"Kanker otak tidak akan muncul dengan satu kali sakit kepala yang berlangsung selama beberapa jam dan tidak pernah kambuh lagi. Selain itu banyak orang dengan gangguan sakit kepala primer yang menyebabkan mereka mengalami sakit kepala yang sering," lanjutnya.

Schaff mengingatkan jangan selalu menganggap remeh sakit kepala jika intensitasnya semakin memburuk, terutama disertai gejala neurologis. Gejala ini dapat terjadi karena otak mengendalikan segala sesuatu dalam tubuh, mulai dari ucapan, cara berjalan, ingatan, hingga emosi.

Sakit kepala akibat kanker otak sering disertai dengan gejala neurologis lainnya, seperti:

Video: Kenali Faktor Penyebab Gangguan Tidur pada AnakVideo: Kenali Faktor Penyebab Gangguan Tidur pada Anak(sao/kna)kanker otakgejala kankergangguan tidursakit kepala

Mengapa Jatuh di Kamar Mandi Bisa Berakibat Fatal? Begini Penjelasan Medisnya

Jatuh di kamar mandi adalah insiden yang sering terjadi, namun tak jarang berujung fatal dan bahkan menyebabkan kematian. Mengapa ruangan yang tampak aman ini bisa begitu berbahaya?

Risiko utamanya tak hanya karena permukaan licin, tapi juga interaksi dengan benda keras serta potensi pemicu dari kondisi medis tertentu. Kejadian ini bisa dialami segala usia, mulai dari anak-anak, dewasa hingga lansia.

"Penting untuk dipahami bahwa risiko terjatuh di kamar mandi tidak terbatas pada orang lanjut usia," Brittany Ferri, seorang terapis okupasi di National Council on Aging.

Ferri menuturkan bahwa faktor kesehatan seperti gula darah rendah, penglihatan yang buruk, pusing, atau efek samping obat dapat meningkatkan kemungkinan terjatuh di kamar mandi.

Namun, kamar mandi, secara umum, merupakan tempat yang sangat berbahaya di rumah. Ruangan itu sendiri memiliki faktor risiko terjatuh, karena:

Kamar mandi juga cenderung menjadi ruangan yang lebih kecil di rumah, yang dapat membuat manuver di sekitarnya menjadi lebih sulit. Hal ini dapat menyebabkan tersandung dan jatuh. Orang juga mungkin lebih mungkin melukai diri sendiri dengan membenturkan kepala mereka ke wastafel atau meja.

Amanda Joy, asisten dokter dan direktur medis asosiasi MedStar Health Urgent Care, menuturkan kepada Yahoo Life bahwa ada kalanya seseorang mengubah posisi dengan cepat di kamar mandi yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba yang menyebabkan pusing atau bahkan pingsan.

"Itu bisa terjadi karena mengambil sesuatu di bak mandi, atau berdiri dari toilet. Mandi dengan air yang sangat panas juga dapat menyebabkan perubahan tekanan darah ini," ucap dia.

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.