Jakarta, 21 Juli 2025 – Ribuan Tuntutan driver ojol 90 persen terhadap pembagian hasil aplikasi ojek online kembali menggema. Dalam aksi demo nasional bertajuk Aksi Kebangkitan Jilid II, para pengemudi ojek online mendesak aplikator untuk menurunkan komisi menjadi hanya 10%, dan membiarkan 90% hasil tarif masuk ke pengemudi.
Tuntutan driver ojol 90 persen terhadap pembagian hasil aplikasi ojek online kembali menggema. Dalam aksi demo nasional bertajuk Aksi Kebangkitan Jilid II, para pengemudi ojek online mendesak aplikator untuk menurunkan komisi menjadi hanya 10%, dan membiarkan 90% hasil tarif masuk ke pengemudi.
Menurut Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, potongan yang diberlakukan oleh perusahaan aplikator di Indonesia saat ini dinilai tidak adil dan terlalu tinggi. Ia mengungkapkan bahwa potongan komisi bisa mencapai lebih dari 20%, bahkan dalam beberapa kasus mendekati 50%. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan komisi tertinggi di antara negara-negara Asia lainnya.
Sebagai perbandingan, Igun menyebutkan bahwa potongan komisi di negara Asia lain seperti Malaysia, Thailand, atau Filipina hanya berkisar antara 6% hingga 12%. Maka dari itu, tuntutan driver di Indonesia agar komisi diturunkan menjadi 10% dianggap sangat wajar dan berdasarkan kajian mendalam yang telah diajukan kepada Kementerian Perhubungan sejak tahun 2020.
Lebih lanjut, Igun mengkritisi kurangnya keterbukaan dan respon dari pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan, terhadap aspirasi para pengemudi. Ia menegaskan bahwa perusahaan aplikator tetap dapat meraih keuntungan meskipun hanya mengambil 10% dari tarif, asalkan pengelolaan dan efisiensinya tepat.
Dalam aksi tersebut, para pengemudi juga menyuarakan lima tuntutan utama, yakni:
1. Pemerintah segera mengesahkan Undang-Undang atau Perppu Transportasi Online.
2. Sistem bagi hasil 90% untuk driver dan 10% untuk aplikator sebagai harga mati.
3. Regulasi tarif khusus untuk pengantaran makanan dan barang.
4. Audit investigatif terhadap perusahaan aplikator.
5. Penghapusan sistem-sistem internal aplikator yang merugikan seperti aceng, slot, hub, multi-order, member, hingga pengkotak-kotakan driver.
Igun menyatakan bahwa aksi ini bukanlah yang terakhir. Garda dan para pengemudi siap melakukan demo setiap bulan apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi.
“Kalau perlu, setiap sebulan sekali kami akan aksi. Dua bulan sekali juga kami siap. Ini perjuangan demi masa depan driver online di Indonesia,” tegasnya.
Aksi ini merupakan kelanjutan dari demonstrasi serupa pada 20 Mei lalu, dan menjadi bukti nyata bahwa isu kesejahteraan driver ojol masih belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pihak terkait.