Semua Kabar

Cerita Anak Buruh Bangunan Diterima Tanpa Tes Masuk UGM

Dari dalam kamar, ia sedikit berlari menuju teras rumah menunjukkan layar gawai ke kedua orang tuanya, Sukiman dan Asniar, yang tengah asyik bercengkerama. “Bapak ibu terlihat senang, apalagi setelah tahu saya akan kuliah di UGM dengan UKT 0 rupiah,” kenang Raafi, dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, Ahad, 15 Juni 2025.

Sukiman, 60 tahun, merasa senang dan bersyukur Raafi bisa diterima kuliah dengan gratis lewat beasiswa UKT 0 dari UGM. Sebagai buruh bangunan yang berpenghasilan 80 ribu sehari, ia mengaku cukup berat jika harus mengeluarkan biaya kuliah.

“Apalagi pekerjaan ini tak menentu. Kadang ada kadang tidak ada. Saya bersyukur Raafi diterima di UGM. Semoga bisa kuliah dengan baik dan lancar,” kata Sukiman penuh harap.

Bagi Raafi, pekerjaan ayahnya sebagai buruh bangunan dengan penghasilan yang tidak menentu membuat dia mafhum sehingga tidak pernah merasa kecil hati. Sadar akan kondisinya, sejak lama Raafi menjadi pribadi yang tidak banyak menuntut.

Raafi tercatat melewati pendidikan di SD Muhammadiyah Domban, SMP Negeri 2 Sleman, dan SMA Negeri 1 Sleman yang kesemuanya berjarak tak jauh dari rumahnya di Jalan Temulawak, Triharjo Sleman. Dengan bersekolah di dekat rumah, Raafi mengaku merasa diuntungkan karena tidak banyak biaya yang harus dikeluarkan. Ia pun lebih bisa berkonsentrasi dalam belajar.

Beruntung, selama menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas, ia selalu mendapat nilai yang baik dan langganan mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar dari pemerintah.

Raafi mengaku sempat dihinggapi bayang-bayang kekhawatiran soal masa depannya. Dengan kondisi ekonomi keluarganya, ia sempat ragu bisa melanjutkan kuliah jika tanpa beasiswa.

Untuk mengikis bayang-bayang itu, sejak duduk di kelas X, ia bertekad untuk bisa selalu berprestasi. Tak heran di setiap kesempatan, ia selalu mengikuti berbagai kompetisi, dan buktinya sederet prestasi berhasil ia raih baik akademis maupun non akademis.

Ia pernah juara 3 Lomba Sesorah atau pidato bahasa Jawa di ajang Festival Keistimewaan Yogyakarta, Duta Pekan Keselamatan Jalan (PKJ) di tingkat Provinsi DIY, juara 1 Paduan Suara PMR Tingkat Wira PMI Kabupaten Sleman dan juara 1 Pidato dalam MTQ kabupaten Sleman.

Tidak hanya itu, Raafi juga aktif ikut organisasi ekstrakurikuler dengan menjadi pengurus OSIS Pradiptatama SMA Negeri 1 Sleman, Peleton Inti dan Paduan Suara Gita Pradiptatama.

Terakhir, ia sempat membuat proyek karya tulis ilmiah untuk mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2024 Cabang Fisika Terapan dan Rekayasa yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).

Pada kompetisi ini, ia menulis tema Membidik Paradigma Lingkungan Indonesia: Inovasi CARBONIX (Carbon Oxygen Nexus Integration Extractor) sebagai Konverter Karbon Dioksida (CO2) menjadi Oksigen (02) dalam Upaya Mereduksi Efek Gas Rumah Kaca.

Raafi mensyukuri atas semua perjalanan yang telah ia lalui selama di bangku sekolah. Cukup banyak alasan, kenapa ia kemudian memilih Fakultas Kehutanan UGM.

Selain bercita-cita menjadi rimbawan, ia berharap bisa membuat perencanaan dan bisa bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup atau perusahaan.

“Negeri kita dikenal sebagai paru-paru dunia. Kita bisa belajar dari hutan dan bisa belajar tentang Indonesia. Kita prihatin hutan di Indonesia semakin menipis, kita sebagai generasi penerus harus dapat memastikan ekosistem global tetap terjaga dan seimbang,” kata dia.

Pilihan Editor:Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Prabowo akan Lakukan Pertemuan Bilateral dengan PM Singapura

Dikutip dari keterangan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Prabowo bersama rombongan lepas landas dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, sekitar pukul 18.20 WIB.

Keberangkatan Presiden Prabowo dilepas oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Setibanya di Singapura, Presiden Prabowo dijadwalkan melangsungkan sejumlah agenda penting pada Senin, 16 Juni 2025.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, menuturkan, Prabowo akan disambut secara resmi dalam upacara kenegaraan oleh Presiden Singapura, Tharman Shanmugaratnam yang digelar di Parliament House Singapura. Menurut Yusuf, sambutan itu menandai eratnya hubungan diplomatik antara kedua negara.

Selain itu, dalam rangkaian kunjungannya, Presiden Prabowo juga akan melakukancourtesy calldengan Presiden Tharman.

"Tidak hanya bertemu dengan Presiden Singapura, direncanakan Presiden Prabowo juga menghadiri pertemuan bilateral Leaders’ Retreat dengan Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong," ucap Yusuf Permana dalam keterangan tertulisnya.

Yusuf menuturkan, kunjungan ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat kemitraan Indonesia dan Singapura di berbagai sektor. Turut mendampingi Presiden Prabowo dalam penerbangan menuju Singapura adalah Menteri Luar Negeri Sugiono dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

Pilihan Editor:Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Sebby Sambom Anggap Egianus Kogoya Merusak Perjuangan OPM

"PenyeranganEgianus Kogoyadi Wamena tanpa perintah dari kami itu merusak perjuangan," kata Sebby melalui keterangan audionya, pada Ahad, 15 Juni 2025.

Menurut Sebby, penyerangan yang dilakukan Egianus Kogoya dan pasukannya di Wamena hanya meresahkan masyarakat, alih-alih untuk merebut kemerdekaan sesuai kepercayaan kelompoknya tersebut.

"Perjuangan itu dikendalikan dengan taktik, strategi untuk merebut kemerdekaan," ucapnya.

Dia mengkritik cara berperang Egianus Kogoya dan pasukannya di Kota Wamena. Menurut dia, Panglima Kodap III Ndugama-Derakma itu tak lebih dari sekadar kriminal.

"Belum saatnya untuk perang di Wamena, tunggu agenda revolusi total TPNPB-OPM," ujarnya.

Sebby mendesak agar Egianus Kogoya kembali ke Nduga dan mengklarifikasi kesalahannya. Egianus Kogoya dinilai bersalah lantaran membebaskan pilot Susi Air Philip Mark Merthens kepada pemerintah Indonesia.

Berdasarkan laporan Satgas Damai Cartenz, Egianus Kogoya dan pasukannya beberapa kali melakukan penyerangan di wilayah Wamena sepanjang 2025. Salah satunya penembakan terhadap dua warga sipil di Kampung Air Garam pada 4 Juni lalu.

Teranyar, kelompok Egianus Kogoya terlibat kontak tembak dengan aparat keamanan di Kampung Pugima, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan pada 9 Juni 2025.

Dalam kontak tembak itu, satu anak buah Egianus Kogoya bernama Pionus Gwijangge disebut tewas terkena tembakan di bagian dada.

TPNPB-OPM menduga peristiwa di Kampung Pugima itu telah dirancang Egianus Kogoya untuk memancing Edison Gwijangge. Egianus tercatat memiliki hubungan dengan Edison Gwijangge saat membebaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.

Egianus diduga diiming-imingi uang miliaran rupiah dan kemerdekaan Papua oleh Edison Gwijangge bila membebaskan pilot tersebut. Namun, kata Sebby, janji itu tak ditepati mantan penjabat Bupati Nduga tersebut.

Menurut Sebby, hal itu yang melatarbelakangi Egianus Kogoya melakukan penyerangan di Wamena tanpa adanya perintah dari markas pusat TPNPB-OPM.

Sebby menuturkan, perang tak harus dilakukan bila hanya berdasarkan dendam pribadi.

Pilihan Editor:Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Alasan PBNU Ingin Peran Ulama Masuk dalam Sejarah Versi Baru

PEMERINTAH sedang mengerjakan proyek penulisan ulangsejarahIndonesia. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menuturkan pemerintah menargetkan proyek ini rampung pada Agustus nanti. Target tersebut dirancang agar bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atauPBNUmenginginkan agar peran ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan masuk ke dalam penulisan ulang sejarah Indonesia.

“Kita kepengin penulisan sejarah ini juga memperhatikan perspektif dan peran ulama di dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia dan juga peran ulama di dalam membangun peradaban Indonesia,” kata Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla ditemui di Jakarta pada Rabu, 11 Juni 2025, seperti dikutip dariAntara.

Pria yang akrab disapa Gus Ulil ini menilai, selama ini, peran ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia belum banyak tertulis dalam narasi sejarah atau historiografi nasional Indonesia. Menurut dia, masih ada perspektif yang dinilai bersifat kolonial di dalam penulisan sejarah bangsa Indonesia.

Karena itu, Gus Ulil mendorong pemerintah menulis ulang sejarah bangsa. “Nah, langkah dari Kementerian Kebudayaan untuk menulis sejarah nasional yang berwawasan Indonesia ini kita dukung,” ujarnya.

Dia menyebutkan penulisan ulang sejarah bangsa juga menjadi sorotan PBNU. “Jadi kita mengapresiasi langkah-langkah untuk membuat sejarah nasional yang lebih Indonesia-centered, lebih memperhatikan perspektif nasional atau perspektif Indonesia,” ucapnya.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan menekankan penulisan sejarah bangsa merupakan program prioritasnya sejak awal menjabat, karena sudah terlalu lama tidak ada pembaruan dalam sejarah Indonesia.

Menurut dia, terdapat banyak temuan-temuan yang seharusnya masuk dalam kompendium sejarah Indonesia, salah satunya temuan Islam masuk ke Indonesia sejak abad ketujuh Masehi atau abad pertama Hijriah.

Faldi menuturkan hal itu bisa memperbarui sejarah yang selama ini mengungkapkan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. “Itu beda 600 tahun sendiri,” ujarnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Fadli Zon menuturkan sejarah Indonesia akan ditulis ulang dengan tone yang lebih positif. “Tonekita adalahtoneyang lebih positif, karena kalau mau mencari-cari kesalahan, mudah, pasti ada saja kesalahan dari setiap zaman, setiap masa,” kata Fadli saat ditemui di Cibubur, Jawa Barat, Ahad, 1 Juni 2025.

Menurut dia, pembaruan buku sejarah akan dilakukan dengan mengedepankan perspektif Indonesia sentris. Hal ini untuk menghapus bias-bias kolonial, mempersatukan bangsa Indonesia, dan menjadikan sejarah relevan bagi generasi muda.

“Kalau mau mencari-cari kesalahan atau mencari-cari hal yang negatif, ya, saya kira itu selalu ada. Jadi yang kita inginkantone-nya dari sejarah kita itu adalahtoneyang positif, dari era Bung Karno sampai era Presiden Jokowi dan seterusnya,” ucapnya.

Di sisi lain, Menbud meminta masyarakat tidak khawatir karena penulisan ulang sejarah ini melibatkan tim yang mencakup 113 penulis, 20 editor jilid, dan tiga editor umum, termasuk sejarawan.

Rencana Menbud itu mendapat dukungan dari Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai, khususnya berkaitan dengan pelanggaran HAM berat. Pigai menuturkan penulisan ulang sejarah dengantonepositif bukan berarti menulis sejarah yang sesuai dengan keinginan pihak tertentu saja, melainkan menuliskan sejarah secara apa adanya.

“Itu artinya tidak bermaksud mempositifkan semua peristiwa. Semua peristiwa itu kanup and down, ada titik tertentu baik, titik tertentu jelek, tapi ketika kita menulis fakta peristiwa apa adanya, itu yang namanyatonepositif,” tutur Pigai saat ditemui di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, Selasa, 3 Juni 2025.

Menurut dia, sejarah Indonesia selama ini masih dalam perdebatan, ada pihak yang menerima maupun menolak suatu peristiwa. Karena itu, pemerintah perlu menulis ulang sejarah bangsa.

“Yang dimaksudtonepositif adalah data, fakta, informasi atas perjalanan sejarah bangsa diungkap apa adanya. Tapi kan teman-teman wartawan atau masyarakat memaknaitonepositif itu sesuai dengan keinginan pemerintah.Emangpemerintah keinginannya apa? Kan enggak juga,” ujarnya.

Sebagai bagian dari kabinet pemerintahan, Pigai memastikan Kementerian HAM akan terlibat dalam penulisan ulang sejarah Indonesia untuk mengontrol kebenaran peristiwa yang ditulis. Dalam hal ini, dia menyoroti perihal keadilan dan ketidakadilan.

“Kalau kami lebih kepada mengontrol kebenaran peristiwa. Itu soaljustice(keadilan). Ketika ada peristiwa tertentu yang ditutupi, ituinjustice(ketidakadilan). Peristiwa itu diungkap secara fakta, apa adanya, itujustice,” katanya.

Pilihan editor:Prabowo Tak Berencana Reshuffle Kabinet, Ini Reaksi Parpol dan DPR

Pramono Susun Pergub Larangan Mengamen Ondel-ondel

Pramono belum menyampaikan sanksi apa yang akan diberikan Pemerintah Provinsi Jakarta terhadap pengamen yang menggunakan ondel-ondel. "Pokoknya akan kami pelan-pelan tertibkan," kata Pramono di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Ahad, 15 Juni 2025.

Menurut Pramono, pemerintah Jakarta akan mengeluarkan aturan khusus yang bisa menjadi dasar hukum untuk penertiban pengamenondel-ondel. "Kami sedang menggodok untuk itu," ucap politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Pramono berujar aturan tersebut akan berbentuk peraturan gubernur atau Pergub. Ketentuan Pergub itu nantinya akan menegaskan ondel-ondel sebagai salah satu budaya utama Betawi. "Dan memang hanya akan diperbolehkan untuk acara-acara yang bukan untuk mengamen."

Sebelumnya, budayawan sekaligus sastrawan Betawi, Yahya Andi Saputra, mengungkapkan pemanfaatan ondel-ondel untuk mengamen telah lama dilakukan oleh seniman tradisional. Pernyataan Yahya tersebut ditujukan untuk merespons pernyataan Pramono Anung yang tidak ingin ondel-ondel digunakan untuk mengamen.

Yahya menekankan seniman ondel-ondel sudah mengamen sejak masa penjajahan Belanda. "Ngamen itu merupakan salah satu upaya bagi seniman tradisional merawat keseniannya, merawat identitasnya, memelihara kebutuhan kesehariannya," ujar Yahya saat dihubungi melalui pesan singkat pada Jumat, 30 Mei 2025.

Pilihan Editor:Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

ISPA dan Penyakit Kronis Dominasi Keluhan Kesehatan Jemaah Haji 2025

"Hingga hari ke-44, jumlah jemaah yang telah mendapatkan layanan kesehatan di kloter mencapai 72.100 orang. Kasus terbanyak adalah ISPA, hipertensi, diabetes, dan komplikasi," ujar Imran.

Selain layanan rawat jalan di kloter, sebanyak 238 jemaah dirawat inap di rumah sakit Arab Saudi. Mereka menderita penyakit berat seperti pneumonia, diabetes yang tak terkontrol, dan penyakit jantung koroner.

Menurut Imran, tingginya angka keluhan kesehatan itu tidak terlepas dari cuaca ekstrem di Arab Saudi yang kini memasuki puncak musim panas. Di Makkah, suhu mencapai 45 derajat Celsius, sementara Madinah tercatat lebih tinggi, yakni 47 derajat.

"Cuaca ini terasa lebih panas karena kering dan kelembapan rendah. Ini memicu gangguan kesehatan, terutama bagi jemaah lanjut usia dan mereka yang memiliki komorbid," ujarnya.

Untuk mengurangi risiko kesehatan lebih lanjut, jemaah diimbau menghindari aktivitas luar ruangan pada pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat, memperbanyak istirahat, serta menjaga hidrasi tubuh. Jemaah juga dianjurkan memakai masker, mengonsumsi air secara teratur, dan melakukan ibadah secukupnya di dalam hotel.

Bagi jemaah yang sudah pulang ke Indonesia, Imran mengingatkan agar segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit bila mengalami gejala sakit, terutama dalam dua pekan pertama sejak tiba di Tanah Air.

"Kalau demam, batuk, atau sesak napas, segera periksa. Ceritakan riwayat perjalanan haji Anda agar bisa ditangani dengan tepat," kata dia.

Hingga hari ke-44, jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat tercatat 275 orang, lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, PPIH terus mengingatkan jemaah untuk mewaspadai kondisi fisik masing-masing agar ibadah haji dapat dituntaskan dalam keadaan sehat.

"Semoga Allah SWT menjaga kesehatan para jemaah yang masih di tanah suci maupun yang telah kembali ke Indonesia, dan semoga kemabruran haji membawa keberkahan bagi masyarakat," ucap Imran.

Pilihan Editor:Ketika Tafsir Tunggal Sejarah Masuk Kurikulum Sekolah

Plane crash survivor recounts moments before deadly impact

Vishwash Kumar Ramesh, a British national, said he "still can't believe" he survived the crash.

Please use Chrome browser for a more accessible video player

The only survivor of the Air India plane crash says he thought he was "going to die".

Vishwash Kumar Ramesh, a 40-year-old British national, managed to walk away from the wreckage. He was "disoriented with multiple injuries all over his body… but he seems to be out of danger", according to a doctor who examined him.

There had been242 people on boardflight AI171 when it came down. Among the passengers and crew on the Gatwick-bound aircraft were 169 Indian nationals, 53 Britons, seven Portuguese nationals and one Canadian national.

The Boeing 787-8 Dreamliner crashed into a doctors' hostel in a residential area on Thursday, moments after taking off from Ahmedabad airport, in western India.

India plane crash: Follow live updates

Please use Chrome browser for a more accessible video player

Vidhi Chaudhary, a senior police officer in Ahmedabad, said Mr Ramesh was sat in seat 11A, located next to an emergency exit, and "managed to escape by jumping out the emergency door".

Speaking from his hospital bed, Mr Ramesh said he "still can't believe" he survived.

He said he thought he "was also going to die" but he then "opened [his] eyes".

"I pulled out the belt from under my seat and tried to escape. Then I managed to do it," he told DD India.

Please use Chrome browser for a more accessible video player

Mr Ramesh said "within the first mile" after take-off "it felt like the plane was stuck" and "like something had happened".

"Then a light came on, like a green and white light came on inside the plane," he added.

"The pilot was trying to give it a bit of a push to push it forward, but it was struggling. But it went straight into a building."

He said the side where he landed was not the hostel side and as soon as the plane door broke, he "could see that it was open for [him] and [he had] a chance to get out".

He said that his brother, Ajay, was seated in a different row on the plane. "He was travelling with me and I can't find him anymore. Please help me find him," he told the Hindustan Times.

Please use Chrome browser for a more accessible video player

Mr Ramesh continued: "It all happened so quickly. When I got up, there were bodies all around me. I was scared. I stood up and ran. There were pieces of the plane all around me.

"Someone grabbed hold of me and put me in an ambulance and brought me to the hospital."

From his hospital bed, Mr Ramesh also met India's prime minister Narendra Modi.

Speaking in Leicester, Mr Ramesh's brother Nayan told Sky'sShamaan Freeman-Powellthat their father was on the phone to Mr Ramesh while the plane was still on the runway.

"My dad called him," the 27-year-old said. "And Vishwash said 'oh we're going to take off soon'."

Please use Chrome browser for a more accessible video player

Two minutes later, their father received a video call from Mr Ramesh to say the plane had crashed and he had survived.

"He video-called my dad as he crashed and said 'Oh the plane's crashed. I don't know where my brother is. I don't see any other passengers. I don't know how I'm alive – how I exited the plane'," Nayan said.

Air India has confirmed 229 passengers and 12 crew members died, but authorities have not confirmed how many people on the ground were killed or injured.

Read more:Everything we know about the crashPlane wreckage rips apart medical hostel

Among the British citizens killed in the crash were Akeel Nanabawa, his wife Hannaa, and their four-year-old daughter Sara.

Gloucester Muslim Community said in a statement on Facebook that "no words can truly ease the pain of such a profound loss".

Also on the flight were married couple Fiongal and Jamie Greenlaw-Meek from west London, who had posted a video from the airport on their Instagram feed shortly before boarding.

Gatwick Airport said in a statement that a reception centre was being set up where information and support will be provided for relatives of those on board.

Listen to The World with Richard Engel and Yalda Hakim every Wednesday

Tata Sons, Air India's owner, said it would give around £86,000 to the families of each person who died, cover the medical costs of those injured and support the rebuild of the medical hostel.

British nationals who require consular assistance are advised to call 020 7008 5000, while Air India has set up hotlines to provide information on +91 806 2779 200 for foreign nationals or 1800 5691 444 if calling from India.

Man jailed over police station attack involving Molotov cocktail, knife and wooden pole

The court heard Dighton was "intent on serious violence" and that he targeted Talbot Green police station in an attempt to "force a confrontation" with officers.

A man motivated by anti-government ideology has been jailed for life for attempting to murder an officer during an attack on a police station in South Wales.

Alexander Dighton, 28, whoinjured three officersduring the attack outside Talbot Green police station in Rhondda Cynon Taf on 31 January, was sentenced to at least 22 years behind bars.

The defendant, who was wearing a bullet-proof vest during the attack, was armed with a Molotov cocktail, a knife, a hatchet and a wooden pole.

He caused damage to police vehicles, before attacking the officers as they attempted to restrain him – stabbing one in the leg, punching another in the head and swinging a pole at another.

Two of the officers were taken to hospital to receive treatment.

Dighton, from Pontyclun, hadpreviously pleaded guiltyto a total of 10 offences at the Old Bailey inLondon, including the attempted murder of a police officer, attempting to cause grievous bodily harm with intent, assault, attempted arson, possession of a bladed article and criminal damage.

Prosecuting, Nicholas Hearn told the court that Dighton was "intent on serious violence" and had targeted the police station in an attempt to "force a confrontation with police officers".

Police Constable Steph Fleming "drew her Taser" when she saw Dighton as she exited the station, while the defendant "continued to smash the windows" of a police vehicle.

In footage played in court, the defendant could be heard telling the officer, "I am fed up" and "I am done".

He also made reference to the number 75 and later clarified in a police interview that the comments were relating to "grooming gangs".

When he was arrested and cautioned he told the arresting officer: "Your government is vulnerable."

He told officers during an interview the motivation for the attack was to "let it be known that 'his tolerance of the government had come to an end'".

The court heard the defendant had previously been reported to the government's Prevent scheme by his sister due to his "racist and anti-Muslim views".

PC Fleming attempted to Taser the defendant, but it had "no effect" on him as he was wearing a bullet-proof vest.

She said in evidence that she had "never felt this level of fear before and never want to feel it again".

Detective Constable Jack Cotton, who was stabbed in his leg during the incident, said in a victim impact statement that the night of the attack was "the most [he'd] ever feared" for his or a colleague's safety.

"If Alexander Dighton had not been detained when he was, the outcome would have been completely different, and potentially fatal," he added.

Detective Constable Joshua Emlyn, who restrained the defendant in a "head lock", was punched in the head, in what he described as "a fight or flight situation".

Police Sergeant Richard Coleman, who was struck by the defendant's pole, said he can remember being hit "with incredible force".

He also spoke of the toll the incident had taken on his family, saying it "had far more of an impact upon [his] wife than [he] could ever have imagined".

Chief Constable Jeremy Vaughan from SouthWalesPolice said in his victim impact statement that the force had undertaken a "review of the CCTV system" at the station in an attempt to "reassure" police officers and staff.

"I am immensely proud of the action of those officers who apprehended the defendant on the night," he added.

"Their actions in really difficult and dangerous circumstances prevented tragedy."

When asked by the judge whether there was anything he wanted to say in his own defence, Dighton, who was unrepresented, said: "I don't care about myself."

"What I think is important is that we have a genuine conversation about where Britain is," he added.

Passing sentence on Thursday, Judge Lucraft KC said that "serious violence was clearly your motivation".

"I am entirely satisfied that all of the offences here have a terrorist connection," he added.

The sentences for the other offences will run concurrently to the life sentence for attempted murder, the judge said.

Follow our channel and never miss an update.

Speaking after the case, Chief Superintendent Stephen Jones, from South Wales Police, told Sky News the officers involved were "recovering well".

"The physical wounds are healing, but obviously the mental scars of such an unprecedented, determined, violent attack will take a considerable amount of time to heal," he said.

Read more from Sky News:'Danger to life' weather warnings in place for parts of UKPlane crash survivor recounts moments before deadly impact

Be the first to getBreaking News

Install the Sky News app for free

Detective Chief Inspector Andrew Williams, head of investigations at Counter Terrorism Policing Wales, told Sky News that police "will not stand for people who act to undermine our democracy and our society".

"People will be sought out, they will be prosecuted, and as has happened in this case, they will be sent to prison for lengthy periods," he added.