Turis Asing Bikin Matcha ‘Menghilang’ dari Jepang

Uji adalah pusat penghasil matcha premium di Jepang. Kota ini mengakui bahwa permintaan teh hijau khas Jepang itu mulai melampaui pasokan.

Kota Uji mencatat saat toko-toko matcha buka pukul 10.00 waktu setempat, wisatawan akan datang berebut membeli kaleng matcha. Kota ini hanya berjarak setengah jam dari Kyoto, dikutip dariBBCpada Minggu (15/6).

Jurnalis BBC datang ke sana untuk membuktikannya. Ia mendatangi Nakamura Tokichi Honten, yang dulunya menjadi pemasok teh untuk kaisar. Sekarang, toko ini menjadi pemasok matcha paling bergengsi di Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum jam 10 pagi, ia sudah berada di sana. Benar saja, sudah ada 35 orang yang antre di depannya. Usai ambil nomor antrean, ia berjalan-jalan melihat berbagai produk matcha yang berjajar rapi di dalam rak. Semua makanan yang dipajang memiliki warna hijau karena menggunakan matcha sebagai bahan utama.

Ia melihat seorang wanita membawa keranjang penuh kaleng hijau, kemudian keributan terjadi di sudut toko. Seorang pekerja toko Jepang yang bertubuh mungil mencoba mengisi kembali rak, tetapi dalam hitungan detik produk itu sudah habis disambar wisatawan.

Karyawan itu dikerumuni oleh tangan-tangan cepat yang berebut matcha, beberapa orang bahkan langsung meraih keranjangnya untuk mengambil tabung-tabung bubuk hijau itu.

Ia berteriak dalam bahasa Jepang, tetapi pesannya tidak sampai ke telinga orang asing di sekitarnya.

Seorang turis dengan aksen Amerika tampak kesal karena tak kebagian. Padahal waktu menunjukkan belum lewat dari 10.05 waktu setempat.

"Habis. Semua matcha habis," ucapnya.

Kaya akan antioksidan dan dengan peningkatan kafein yang lebih terkendali, matcha telah mengalami peningkatan permintaan yang meroket di seluruh dunia. Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang melaporkan bahwa 4.176 ton matcha diproduksi pada tahun 2023, meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2010.

Industri pariwisata Jepang juga ikut berkembang pesat, pada tahun 2024 jumlah wisatawan yang datang mencapai hampir 37 juta orang, rekor tertinggi. Laporan pasar menunjukkan bahwa popularitas minuman ini sebagian besar disebabkan oleh manfaat kesehatannya. Minuman serta makanan penutup berwarna hijau grinch juga laku di media sosial.

Tomomi Hisaki, manajer umum di toko utama Tsujirihei, menuturkan bahwa pengunjung internasional memiliki kecenderungan khusus untuk matcha seremonial kelas atas dan sering membeli dalam jumlah besar. Matcha seremonial biasanya dibuat dari daun-daun terbaru musim ini dan dihargai karena rasanya yang kaya, hampir seperti umami, tanpa rasa pahit.

"Matcha Uji kelas atas bukanlah sesuatu yang dapat diproduksi secara massal," katanya.

Daun teh yang ditujukan untuk matcha seremonial ditanam di tempat yang teduh, karena kegelapan menghasilkan rasa yang lebih kaya, lebih umami, dan sepat.

"Namun, jika Anda menutupinya, tanaman itu tidak akan dapat berfotosintesis, ia tidak akan tumbuh, dan panennya akan sedikit," katanya.

Haki menerangkan, kendala lain dalam produksi adalah penggilingan batu tradisional. Penggilingan ini menghasilkan bubuk yang sangat halus, tetapi setiap penggilingan hanya dapat menghasilkan sekitar 400g teh setelah delapan jam – cukup untuk 13 kaleng.

Produksi matcha dapat ditingkatkan dengan menanam lebih banyak kebun teh, tetapi butuh waktu bertahun-tahun agar investasi saat ini dapat mencapai rak-rak toko.

Masalah lain muncul karena tren matcha seremonial yang digunakan untuk latte dansmoothie.Ini membuat ketersediaan matcha dalam bentuk tradisional berkurang.

"Harapan kami adalah wisatawan asing akan mempertimbangkan tujuan penggunaan saat membeli matcha," kata Simona Suzuki, presiden Global Japanese Tea Association.

Suzuki berharap para pelancong akan melirik teh lain seperti sencha yang berwarna cerah atau gyokuro yang bersahaja. Ada juga hojicha, sepupu matcha panggang yang lebih terasa seperti kacang dan cokelat daripada klorofil.

Klarifikasi Wisatawan Dipalak Warlok di Padang Mausui NTT

Viral di media sosial, wisatawan asal Jakarta dipalak oleh warga lokal (warlok) saat mengunjungi padang Mausui di NTT. Lurah setempat pun memberi klarifikasi.

Lurah Watu Nggene, Angelus H. Yosense buka suara terkait kabar dugaan pemalakan terhadap wisatawan asal Jakarta di kawasan Padang Savana Mausui, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, NTT.

Angelus menegaskan Padang Mausui bukanlah destinasi wisata resmi, melainkan padang penggembalaan ternak milik masyarakat adat. Lokasi tersebut merupakan tanah ulayat yang dikuasai oleh tiga suku, yakni Nggeli, Motu, dan Kewi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Padang itu warga suku yang menguasai secara fisik dan hak ulayat suku sebagai tempat penggembalaan ternak mereka. Padang itu tidak dinyatakan milik umum, atau tidak ada dokumen penyerahan lahan ke pemerintah sehingga pemerintah juga sampai kini bukan selaku pengelola," kata Angelus, Sabtu (14/6/2025).

"Dan komunitas adat juga tidak mengelola secara resmi, mandiri dan profesional untuk kepentingan wisata," lanjutnya.

Angelus menerangkan, jika ada pungutan terhadap wisatawan yang datang ke Padang Mausui, hal itu merupakan transaksi pribadi antara pengunjung dan peternak.

"Karena belum ada pengelola, jadi hal seperti yang dimaksud (pungutan) itu adalah transaksi pribadi antara pengunjung dan peternak di Padang gembala ternak tersebut," ujarnya.

Angelus mengaku belum menerima keluhan resmi soal pungutan terhadap wisatawan. Namun, jika benar terjadi, ia menduga itu merupakan bentuk sumbangan sukarela dari wisatawan kepada penjaga ternak atas sejumlah jasa yang diberikan.

"Jika itu ada (pungutan), mungkin suatu sumbangan sukarela pengunjung kepada penjaga ternak. Karena berada di lahan mereka sebagai ucapan terima kasih sudah memperbolehkan mereka datang. Saya kira tidak lebih dari itu," katanya.

"Sumbangan itu untuk jasa sewa kuda, jasa membuang sampah, pembelian kelapa muda. Begitu konfirmasi yang saya dapatkan dari peternak," lanjutnya.

Meski demikian, Angelus mengaku telah mengingatkan kepada warga lokal (warlok) agar tidak melakukan pungutan kepada pengunjung di Padang Mausui, mengingat belum adanya legalitas pengelolaan.

"Waktu rapat konsultasi kami ingatkan tidak boleh ada pungutan apa pun karena belum ada legalitas pengelolaan di luar fungsi lahan ternak," tegas Angelus.

Angelus menyebut pihak kelurahan telah berupaya menjalin komunikasi dengan masyarakat adat agar Padang Mausui dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata resmi.

"Pemerintah kelurahan pada Maret lalu pernah melakukan koordinasi dan konsultasi dengan para pemimpin suku kemungkinan kerja sama antara masyarakat adat dengan Dinas Pariwisata untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata. Hingga kini belum ada respons dari komunitas masyarakat suku," ungkapnya.

"Hingga kini lokasi padang itu adalah padang gembala ternak komunitas suku," tambahnya.

Sebelumnya, seorang wisatawan asal Jakarta mengaku dipalak saat mengunjungi Padang Mausui. Ceritanya viral setelah diunggah melalui akun TikTok @vesmet_journey pada 12 Juni 2025.

Dalam video tersebut, ia mengaku datang ke Padang Mausui menggunakan sepeda motor dari Jakarta. Berdasarkan informasi yang didapatnya, lokasi tersebut tidak memungut tiket masuk.

Namun sesampainya di lokasi, ia didatangi seseorang yang mengaku pemuda setempat dan diminta membayar Rp 25.000 per orang sebagai retribusi. Ia membayar karena nominalnya masih terjangkau.

Tak berhenti di situ saja, ia juga diminta membayar Rp 300.000 jika ingin menerbangkan drone, dengan alasan agar tidak mengganggu satwa. Namun, warga tersebut juga menawarkan untuk menunjukkan lokasi yang banyak satwa setelah pungutan dibayarkan.

"Mereka minta tambahan 300 ribu kalo kita nerbangin drone," katanya.

Ia menolak membayar biaya tambahan tersebut dan memutuskan tidak menerbangkan drone. Meski demikian, ia menyayangkan pengalaman buruk itu karena Padang Mausui merupakan salah satu lokasi wisata yang ingin sekali dia kunjungi.

Artikel ini telah naik didetikBali.

Mitos di Balik Ikan Dewa dari Kuningan, Konon Prajurit yang Dikutuk

Berwisata ke daerah Kuningan di Jawa Barat, traveler bisa berjumpa dengan ikan dewa. Ada mitos yang menyelimuti ikan ini. Konon, mereka adalah prajurit yang dikutuk.

Oleh sebagian masyarakat Kuningan, ikan Dewa dianggap sebagai ikan yang dikeramatkan. Di Linggarjati misalnya, ikan Dewa dianggap sebagai ikan titipan dari Sunan Gunung Jati saat beliau datang ke Kuningan.

Selain sebagai peninggalan Sunan Gunung Jati ada juga yang menuturkan bahwa ikan Dewa Linggarjati berasal dari para prajurit Prabu Siliwangi yang membandel dan tidak setia pada raja sehingga dikutuk menjadi ikan dewa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Katanya sih itu asalnya dari Sunan Gunung Jati yang ke sini, terus sama Gunung Jati ditaruh di sini terus beranak pinak. Ada juga yang bilang asalnya dari prajurit Prabu Siliwangi yang membandel. Di Kuningan Ikan Dewa ada yang di Cibulan, Pasawahan, Darmaloka sama yang di Cigugur," tutur salah satu warga Linggarjati, Boim belum lama ini.

Terlepas dari mana asal-usulnya, menurut Boim, ikan Dewa di Linggarjati sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan, karena keramatnya, ada mitos yang menyebutkan bahwa ikan Dewa di Linggarjati tidak bisa dibawa ke luar kolam.

Jika ada orang yang nekat memaksa, maka orang yang membawa ikan Dewa tersebut hidupnya akan tidak tenang dan dihantui oleh mimpi buruk.

"Kalau ada yang ngambil ikannya atau maksa buat beli ikannya nanti ikannya minta dibalikin. Caranya orang yang ngambil nanti dapat mimpi, terus si ikannya nggak mau diam, resah lah, nggak betah. Jadi nggak ada yang berani ngambil," tutur Boim.

Selain di Linggarjati, mitos ikan Dewa juga ditemukan di Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, tepatnya di Balong Kambang Desa Pasawahan dan area mata air tujuh Cikajayaan.

Juru kunci situs mata air tujuh, Didi Sumardi atau Abah Otong memaparkan, bahwa ikan Dewa yang ada di Persawahan bukan merupakan ikan yang berasal dari pasukan Prabu Siliwangi yang tidak patuh, tetapi berasal dari pasukan Prabu Siliwangi yang ingin belajar moksa ke Ki Semar atau Mbah Lurah.

"Asal usulnya ikan Dewa adalah prajuritnya Prabu Siliwangi yang ingin moksa lalu di titipkan ke Ki Semar, katanya mau menghilang. Lalu oleh Ki Semar dijelmakan menjadi ikan Dewa," tutur Otong.

Ki Semar sendiri merupakan penunggu dari daerah Persawahan yang letaknya di bawah kaki Gunung Ciremai. Di Pasawahan, beliau membangun beberapa air sumur dan kolam air yang kini jadi habitat ikan dewa. Jika ada ikan Dewa yang mati, akan dimakamkan di bawah pohon.

"Zaman dulu, ikan Dewa itu kalau ada yang mati itu ada nama-namanya seperti Sicucu, Siguguling, Sikasur, Sigagap. Nah kalau mati itu, nanti dikasih nama, diberi kain kafan dan dimakamkan di pohon peundeuy," tutur Otong.

Sama seperti di Linggarjati, ikan Dewa yang ada di Pesawahan juga dilarang untuk dikonsumsi dan dibawa keluar dari kolam. Jika ada yang memaksa membawa ikan Dewa, konon, akan ada konsekuensinya.

"Jangankan dimakan, dibawa saja ke rumah, nanti didatangi makhluk-makhluk begituan, suruh balikin lagi. Sudah banyak kejadiannya," tutur Otong.

Meski memiliki mitos yang masih dipercayai sebagian orang, Otong berpesan, agar apapun orang datang ke kolam ikan Dewa atau sumur tujuh di Pesawahan tetap mintanya kepada Allah SWT.

"Apapun orang tujuannya datang ke sini, mintanya kepada Allah. Jangan menyimpang dari ajaran agama Islam," tegas Otong.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan, Wawan Setiawan menuturkan, adanya mitos tersebut bertujuan sebagai sarana konservasi untuk melindungi populasi ikan Dewa di Kuningan.

Meski begitu, lanjut Wawan, di Kuningan, ikan Dewa memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai makanan konsumsi yang memiliki gizi yang tinggi. Selain itu juga, ikan Dewa juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ikan hias.

"Mitos kan baik secara konservasi. Karena itu termasuk ikan langka yang habitatnya hanya ada di lereng Ciremai Kuningan dan sekitarnya. Tapi dari sisi ekonomi juga harus didorong, jadi ada keseimbangan dari sini ekologi dan ekonomi. Apalagi nilai gizinya luar biasa," pungkas Wawan.

Artikel ini telah naik didetikJabar.

Bule AS Hilang Semalaman Naik Jetski, Ia Ditemukan Selamat di Bali

Turis bule asal Amerika Serikat, Petter Picetti Falcone hilang semalaman saat naik jetski. Ia akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat di perairan Uluwatu, Bali.

Warga Negara Asing (WNA) itu ditemukan selamat setelah terombang-ambing di laut selama semalaman. Ia ditemukan pada Rabu (11/6/2025) pagi di perairan Uluwatu, Bali.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Denpasar, I Nyoman Sidakarya, menerangkan bahwa insiden tersebut bermula saat Petter bersama sembilan wisatawan lainnya berlayar menggunakan kapal Haruku dari Pulau Serangan menuju Nusa Lembongan pada pukul 15.00 Wita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setibanya di Lembongan, Petter bermain jetski didampingi oleh pemandu. Setelah dua kali percobaan, ia bermain jetski sendiri menuju barat ke perairan Sanur. Namun hingga petang, ia tidak kunjung kembali ke titik awal.

"Kejadian itu di Lembongan diinformasikan estimasi kejadian pukul 16.00 Wita," kata Sidakarya melalui keterangan resminya, Rabu (11/6/2025).

Sidakarya menuturkan Basarnas menerima informasi kejadian itu pada 19.00 Wita. Walhasil pencarian dilakukan melibatkan empat personel. Namun, penyisiran di malam hari itu tidak memberikan hasil.

Sidakarya menyampaikan timnya kembali melakukan pencarian pada Rabu pagi dari dermaga navigasi Pelabuhan Benoa menuju perairan Lembongan.

Pada pukul 07.30 Wita, Petter ditemukan oleh sebuah kapal ikan bernama Duta Lestari 08. Dia ditemukan dalam keadaan selamat di perairan Uluwatu.

Sidakarya menyampaikan bahwa kapal ikan itu yang kebetulan melintas melihat ada seseorang yang melambaikan tangan mengisyaratkan minta tolong karena jetskinya kehabisan bahan bakar.

"Dapat laporan dari salah satu agen kapal Duta Lestari 08 melewati jalur di perairan Uluwatu dan target langsung meminta bantuan dan langsung di towing kapal ikan tersebut menuju ke pelabuhan," jelas Sidakarya.

Sidakarya menuturkan proses evakuasi Petter sempat terkendala karena gelombang laut yang tinggi. Namun, sekitar pukul 08.10 Wita, Petter sudah dievakuasi di kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar.

Artikel ini telah naik didetikBali.

3 Jurus Industri Hotel-Restoran Bisa <i>Survive</i> Hadapi Efisiensi

Menurut pengamat pariwisata, industri hotel dan restoran perlu menerapkan tiga jurus ini supaya bisa survive menghadapi efisiensi.

Pengamat pariwisata Taufan Taufan Rahmady menilai pelaku usaha industri perhotelan dan restoran harus bisa melakukan reorientasi pasar dalam menghadapi kondisi perekonomian seperti sekarang.

"Apa reorientasi pasar itu? Bahwa sekarang tidak hanya bergantung pada market wisatawan APBN/APBD. Itu saja," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, permasalahan yang terjadi saat ini karena pelaku usaha mengandalkan kegiatan dan pemerintah saja. Ini terlihat porsi kegiatan yang menggunakan APBD/APBN mencapai 70 persen. Padahal, sektor privat atau swasta juga bisa diandalkan karena memiliki pasar yang cukup besar.

"Private sector itu bisa jadi backbone. Jadi tidak hanya bergantung pada pemerintah saja, tapi juga pada kerja sama swasta," ujar Taufan.

Taufan melanjutkan ada tiga kunci yang bisa memulihkan industri hotel dan restoran. Pertama, adaptif atau tidak hanya bergantung pada wisatawan berbasis APBD/APBN saja.

Kedua, inovatif yaitu melakukan reorientasi pasar. Ketiga, kolaboratif dengan mengajak stakedolder ekosistem pariwisata untuk saling mendukung seperti travel agent, pelaku pariwisata, guide, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Ini menurut saya yang perlu dilakukan oleh kawan-kawan di industri perhotelan. Tidak mudah memang," ucap Taufan.

Peneliti Ekonomi Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melanjutkan dalam jangka panjang, bergantung pada kegiatan pemerintah bukankah strategi yang sehat.

Menurut dia, saat ini invoasi seharusnya tidak lagi sekadar jargon, tapi menjadi keharusan yang sangat konkret.

"Inovasi bukan melulu soal teknologi tinggi, bisa dimulai dari efisiensi internal, diversifikasi produk, hingga kolaborasi dengan sektor lain," ucap Yusuf, Rabu (11/6).

Ia menerangkan, hotel bisa mengembangkan model co-working space dan memperluas segmentasi pasarnya. Selain itu, restoran bisa masuk ke layanan catering berbasis langganan atau menawarkan produk makanan kemasan siap saji yang dipasarkan digital.

Lebih lanjut, pelaku usaha hotel juga harus berani melihat peluang baru. "Jangan tunggu order pemerintah, ciptakan pasar sendiri. Bangun relasi langsung dengan komunitas, korporasi lokal, dan UMKM lain," imbuhnya.

Yusuf melanjutkan banyak perusahaan skala menengah yang mencari mitra untuk acara internal, pelatihan, bahnan pengadaan konsumsi.

"Menurut saya ini peluang. Kadang pelaku usaha luput karena terlalu fokus pada kontrak besar dari pemerintah. Jangan dilupakan juga, pasar dari pemerintah tetap ada hanya memang ada penyesuaian, sehingga menjaga market dengan konsumen pemerintah juga perlu tetap dilakukan," tutup Yusuf.

Rombongan Pendaki Lawu Hilang Kontak, Ternyata Naik Lewat Jalur Ilegal

Rombongan pendaki gunung Lawu sempat dinyatakan hilang kontak. Mereka rupanya mendaki lewat jalur ilegal. Beruntung mereka berhasil ditemukan.

Para pendaki itu mendaki Gunung Lawu via Babar yang merupakan jalur ilegal yang berada di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Rombongan pendaki itu diketahui berasal dari salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Jenawi. Anggota Relawan Ceto (Reco), Eko Supardi Mamora menuturkan rombongan pendaki tersebut berangkat pada Minggu (8/6) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sempat ada pihak keluarga melaporkan ke SARDA Karanganyar, lalu dicari teman-teman relawan gabungan (Babar), dan dari pihak ponpesnya. Itu rombongan ponpes 15 orang," kata Eko saat dihubungi, Senin (9/6) pagi.

Dari informasi yang dihimpun, awal mula ada 19 orang rombongan yang mendaki via Babar. Empat orang turun lebih awal karena mengalami cedera, sementara 15 orang lainnya hilang kontak.

Rombongan itu berencana tek-tok atau naik-turun gunung dalam waktu sehari. Namun hingga Minggu (8/6) malam pukul 23.30 WIB, rombongan belum kembali dan tidak bisa dihubungi.

Saat 15 orang ini turun, mereka terpecah menjadi tiga kelompok karena kondisi fisik yang sudah menurun dan kendala jalan.

Rombongan pertama tiba di pos Babar (Gong Perdamaian) sekira pukul 01.00 WIB, sekitar 15 menit kemudian disusul rombongan kedua. Selanjutnya sekitar pukul 02.00 WIB rombongan ketiga tiba.

Seorang santri sempat mengalami gejala hipotermia ringan dan satu orang lainnya mengalami cedera kaki. Keduanya sempat mendapatkan pemantauan medis.

Semua rombongan telah kembali dengan selamat. Mereka kemudian diantar kembali ke ponpes dengan menggunakan satu ambulans, satu minibus, dan satu sepeda motor.

"Ketemunya di jalur sana. Di jalur Babar itu kan belum ada pos-posnya seperti jalur Cetho, dan tanda-tanda di jalur Cetho sudah jelas. Kalau di situ (Babar) kan belum," jelasnya.

Eko menuturkan jalur via Babar masih ilegal. Jalur itu sempat viral karena heboh pendaki diminta membayar sewa kain Rp 5 ribu.

Jalur itu sudah diminta untuk ditutup oleh Perhutani melalui surat nomor: 0017/043.7/LWUT-5RA/2025, yang dibuat pada 2 Juni 2025, menindaklanjuti surat Asper/KBKPH Lawu Utara nomor 0008/043.7/LWUT-SRA/2024 tanggal 6 Maret 2024 perihal penghentian operasional dan penutupan pendakian puncak Lawu via Babar, karena belum ada izin yang sah.

"Jalur Babar itu kan ilegal. Imbauan untuk para pendaki lewat jalur resmi, jadi semua data itu ada. Dan asuransinya dijamin," pungkasnya.

Artikel ini telah naik didetikJateng.

Wisatawan Bisa Naik Kereta dari Rusia ke Korea Utara, Terpanjang Sedunia

Rusia mengungkapkan rute kereta penumpang langsung dari Moskow ke Pyongyang, Korea Utara akan dibuka kembali pada Selasa 17 Juni mendatang.

Mengutip dari Reuters, perusahaan monopoli kereta Rusia, Russian Railways disebut telah mencapai kesepakatan dengan Kementerian Korea Utara untuk membuka lagi rute kereta yang menghubungkan dua ibu kota negara.

Perjalanan kereta dari Moskow ke Pyongyang itu direncanakan berlangsung sebanyak dua kali sebulan. Rute itu direncanakan dibuka kembali minggu depan, tepatnya pada tanggal 17 Juni 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan kereta antara Moskow dan Pyongyang itu akan memakan waktu delapan hari. Perjalanan selama itu akan melibas trek sejauh 10 ribu kilometer. Itu adalah jarak perjalanan kereta terpanjang yang pernah ada di dunia.

Selain itu, rute perjalanan kereta dari Pyongyang ke kota lain di Rusia, Khabarovsk akan dibuka kembali dua hari kemudian. Kota Khabarovsk diketahui berada tak jauh dari perbatasan Rusia-China.

Layanan perjalanan itu akan dioperasikan operator kereta Korut. Kemudian dari Moskow, gerbong penumpang Korut akan dihubungkan ke layanan reguler ke Vladivostok, Rusia.

Kedua negara telah mengoperasikan layanan kereta penumpang antara Vladivostok di Timur Jauh Rusia dan Rason, kota pelabuhan Korea Utara.

Kedua negara juga dihubungkan jaringan kereta api barang, meskipun pihak Rusia tidak mengungkapkan secara rinci berapa kapasitas lalu lintas kargo tersebut.

Sebagai informasi, lalu lintas kereta penumpang antara Rusia dan Korea Utara sempat dihentikan pada Februari 2020 silam ketika terjadi pandemi Covid-19.

Di bawah Kepresidenan Vladimir Putin, hubungan antara Moskow dan Pyongyang sangat mesra. Kedua belah pihak terus meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.

Artikel ini telah tayang diCNN Indonesia.

Pasar Tradisional Sunda Jadul: Jajan Surabi dan Es Goyobod Pake Koin Bambu

Pasar tradisional Sunda Jadul menyimpan pesonanya sendiri sebagai pilihan libur akhir pekan bersama keluarga. Pasar tradisional jadul merujuk pada sarana jual beli dengan tata letak, desain lapak, pakaian penjual, dan barang yang diperdagangkan ramah lingkungan serta di area terbuka dekat dengan alam seperti zaman dahulu.

Buat detikers yang berada di Jawa Barat atau Jabodetabek area, pasar tradisional Sunda jadul berikut bisa jadi opsi niis (nongrong bahasa Sunda) sambil healing tipis, plus jajan aneka snack di tempat yang adem dan sejuk.

Pasar ini berada di hutan bambu yang rindang dan teduh dalam kawasan ekowisata Cimahi. Di sini ada aneka jajanan tradisional yang tidak menggunakan bahan pengawet, pewarna kimia berbahaya, dan penguat rasa berlebihan. Misalnya surabi oncom yang gurih dan es goyobod dengan rasa manis kenyal dari agar-agar tepung aci.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengunjung bisa masuk area pasar tanpa dipungut biaya alias gratis. Tapi untuk jajan, pengunjung harus menukar uang dengan koin bambu yang disediakan pengelola. Paling kecil adalah 5 pernik (koin bambu) sama dengan Rp 5.000, lalu ada 10 pernik setara Rp 10 ribu dan 20 pernik senilai Rp 20 ribu. Setelah jajan, pengunjung bisa menikmati kuliner sambil duduk santai di hutan bambu.

"Cocok buat healing sambil kulineran. Tempatnya unik banget di tengah hutan bambu yang sejuk dan adem. Nuansa tradisional Sunda-nya kerasa dari mulai tatanan pasar sampe kulinernya. Jangan lupa cek jadwal sebelum ke sini untuk memastikan pasanya buka," tulis akun google Raditya Fadilah.

Hutan bambu yang jadi lokasi pasar Sunda jadul Padaringan, bikin pengunjung betah karena rindang dan sejuk. Selain cuci mata dan relaksasi, pengunjung bisa jajan aneka kuliner tradisional yang bebas bahan berbahaya. Kemasan kuliner menggunakan bahan ramah lingkungan dan tentunya disediakan tempat sampah bagi pengunjung.

Detikers yang datang ke sini nggak perlu bayar tiket masuk. Namun wajib menukarkan uang menjadi koin yang digunakan untuk jajan kuliner. Koin 5 senilai Rp 5 ribu, 10 adalah Rp 10 ribu, dan 20 setara Rp 20 ribu. Beberapa jenis kuliner yang tersedia adalah surabi, awug, leupuet, es goyobod, dan bandrek. Harga jajanan bergantung dari kebijakan pengelola dan pedagang yang berasal dari UMKM setempat.

Pasar Sunda jadul Padaringan tak hanya jadi pilihan liburan, tapi juga membawa perbaikan ekonomi masyarakat. Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cisurupan Ari Irawan, perputaran uang di pasar tradisional ini bisa mencapai Rp 20 juta.

"Ke depannya, efek pasar ini sangat luar biasa untuk meningkatkan perekonomian dan pengenalan seni budaya. Saya harap seluruh masyarakat Kota Bandung bisa berpartisipasi," kata Ari.

Dikutip dari medsos dan situs pasar tradisional Sunda jadul Campernik dan Padaringan, jam buka akan ditambah sesuai permintaan pengunjung. Karena itu, detikers yang ingin ke destinasi wisata ini wajib update info lebih dulu ya. Selain itu, pastikan selalu menjaga kebersihan dan tidak membawa pulang koin.