Apa Itu Yapping? Arti Kata yang Sering Digunakan di Media Sosial

Istilah atau slang yang sering dipakai dimedia sosialada banyak macamnya. Salah satunya adalah'yap'atau'yapping'yang banyak digunakan di media sosial sepertiTikTokdan X.

Bagi yang tidak familiar dengan istilah yapping pasti langsung bertanya-tanya soal artinya. Istilah ini mulai populer di media sosial sekitar tahun 2023, dan ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang.

Lantas, apa arti kata yap atau yapping? Simak penjelasannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Oxford English Dictionary, 'yap' dulunya merupakan kata benda untuk mendeskripsikan anjing kecil pada tahun 1600-an. Sylvia Sierra, profesor linguistik dari Syracuse University menuturkan arti kata yap berubah seiring waktu melalui proses yang disebut 'pergeseran semantik.'

Yap berubah menjadi kata kerja untuk mendeskripsikan suara gonggongan anjing yang melengking, dan pada tahun 1800-an dipakai untuk menggambarkan celotehan manusia.

Rapper seperti Jay-Z dan Nas menggunakan istilah ini di lagu-lagu mereka pada tahun 1990-an. Kini istilah yap banyak digunakan di TikTok dan X.

"Menurut saya yang mungkin terjadi adalah karena TikTok adalah platform yang sebagian besar berisi orang-orang yang berbicara, 'yapping' adalah kata kerja yang sudah ada yang dapat diterapkan pada perilaku linguistik di platform ini," kata Sierra, seperti dikutip dari Yahoo News, Jumat (13/6/2025).

"Banyak juga orang di TikTok yang mencoba mendefinisikan apa itu 'yapping', jadi dengan kata lain, orang-orang sekarang mengoceh tentang kata yapping," sambungnya.

Menurut Urban Dictionary, yap atau yapping didefinisikan sebagai orang yang bicara panjang lebar tanpa memperhatikan situasi dan audiensnya. Hal ini kadang membuat orang yang mendengar jadi tidak tertarik hingga merasa kesal.

Istilah ini mulai populer di media sosial pada pertengahan tahun 2023, sebagai cara untuk menyindir orang yang banyak bicara, menurut website Know Your Meme. Istilah yapping juga kadang dipakai untuk merendahkan opini pembicara.

Contohnya, ketika ada video TikTok yang isinya seseorang sedang berbicara tanpa henti atau mengeluarkan opini yang tidak masuk akal, biasanya akan ada yang berkomentar "What is he yapping about?" atau "Apa yang sedang dia bicarakan?".

Kata yapping memiliki konotasi yang cukup negatif karena identik dengan orang yang terlalu banyak bicara sampai lawan bicaranya tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan pendapatnya.

Namun, semakin ke sini semakin banyak pengguna media sosial yang merebut kembali istilah yapping dan perlahan mengubah konotasinya menjadi lebih positif. Misalnya, ada beberapa kreator yang menyebut dirinya sebagai 'yapping boy' atau 'yapping girl', dan memperkenalkan videonya sebagai 'sesi yapping'.

Media sosial juga melahirkan variasi baru dari istilah yapping. Contohnya 'yapanese', ketika seseorang mengoceh panjang lebar sampai omongan yang keluar dari mulutnya terdengar seperti bahasa asing. Ada juga 'yapathon', ketika seseorang berbicara banyak mereka bisa lari maraton selama percakapan tersebut.

Adu Drone Canggih di Indo Defence 2025, Mana Favoritmu?

Jakarta- Pameran alutsista Indo Defence Expo & Forum 11-14 Juni 2025 menampilkan banyak drone keren dan canggih. Dari drone tempur sampai drone kargo ada semua.

Drone paling terkenal yang tampil di Indo Defence 2025 adalah seri drone tempur Bayraktar dari Turki yang naik daun karena jadi andalan Ukraina untuk melawan Rusia. Perusahaan Baykar dari Turki memboyong Bayraktar Kizilelma, Bayraktar TB2 dan Bayraktar Akinci. Indonesia sendiri membeli 60 Bayraktar TB3 dan 9 Bayraktar Akinci. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

China North Industries Corporation (Norinco) dari China memamerkan drone kargo Sky Saker FX 6000C. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Kalau ini adalah drone tempur Delta Mk-2 yang dikembangkan ESS/KVAND-IS. Tampangnya cukup gahar dan sayapnya bisa dilipat. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Kalau ini adalah drone kargo buatan Indonesia namanya Rajawali UAV buatan Bhinneka Dwi Persada. Ia bisa untuk bawa kargo, water bomb saat kebakaran dan evakuasi medis. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

PT Kambria Pertahanan Indonesia dari Maros, Sulsel membawa drone TH-U30 untuk survey, drone kamikaze TH-X180 untuk tempur dan TH-UX13 untuk pertanian. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

FLY.INC yang berbasis di Jakarta memamerkan drone LM-20 (kiri), FT-60 yang merah untuk pemadam kebakaran, dan EV-300 (kanan) untuk survey. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Ini adalah DID 3.11, UAV kelas taktis dar PT Len Industri, salah satu BUMN di bawah holding Defend ID. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Yang ini adalah drone tempur Elang Hitam buatan PT Dirgantara Indonesia. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Kalau yang ini juga buatan dalam negeri. WANI-23 adalah drone patroli buatan Infoglobal dari Surabaya. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Nah kalau yang ini adalah drone Garuda UAV ada RTN 15 yang digantung dan RTN 40 yang ada di dinding. Mereka adalah drone intai dan survey. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Masih dari Garuda UAV ada drone siluman multifungsi bisa buat tempur yaitu RTN M18C. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Yang terakhir ada drone intai eBee Vision dari AgEagle. Nah, dari semua drone ini kamu paling suka yang mana, detikers? Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET

Ini Drone Canggih Iran yang Dikerahkan untuk Serbu Israel

Militer Israel menuturkan Iran meluncurkan sekitar 100 drone ke arah Israel pada hari Jumat (13/6), menyusul rentetan serangan udara Israel ke wilayah republik Islam itu. Militer Israel saat ini masih terus berupaya menembak jatuh drone-drone Iran tersebut.

"Iran meluncurkan sekitar 100 drone ke wilayah Israel, yang sedang kami upayakan untuk dicegat," kata juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin kepada wartawan, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (13/6/2025).

Dua model drone Teheran yang paling tangguh, Shahed 129 dan Shahed 136, turut dikerahkan dalam serangan itu. Serangan dimulai dengan drone lepas landas dari wilayah Iran dan titik-titik lain di Timur Tengah, termasuk Irak. Dikutip detikINET dari berbagai sumber, inilah spesifikasi drone andalan Iran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shahed 129 adalah UAV taktis canggih yang dimodelkan berdasarkan sistem Barat seperti Predator MQ-1 Amerika. Mampu terbang hingga 24 jam dan sejauh 1.700 kilometer, kira-kira jarak dari Iran tengah ke Israei, drone ini memungkinkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyerang atau mengawasi Israel tanpa bergantung pada stasiun pengisian bahan bakar atau relai di tengah misi.

Dipersenjatai hingga empat rudal Sadid, Shahed 129 dapat mengenai target darat dengan presisi tinggi. Pesawat ini membawa peralatan pencitraan termal, sistem komunikasi canggih, dan kendali jarak jauh, memungkinkannya beroperasi di area yang dipenuhi dengan gangguan sinyal atau peperangan elektronik.

IRGC telah menggunakannya di Suriah, Yaman, dan Irak, menyerang aset dan lokasi strategis AS sambil meminimalkan deteksi dini. Intelijen Barat percaya Iran terus meningkatkan akurasi amunisi, profil siluman, dan perangkat navigasi model tersebut.

Shahed 136 adalah sistem yang jauh lebih murah tapi tidak kalah mematikan. Didesain sebagai drone bunuh diri satu arah, ia membawa hulu ledak seberat 20 hingga 50 kilogram dan menabrak target yang telah diprogram sebelumnya.

Konstruksi dasarnya yaitu sayap lurus, badan pesawat sempit, dan mesin piston belakang kecil, menjaga biaya tetap rendah, sehingga memungkinkan Iran memproduksi dan meluncurkan pesawat ini dalam gelombang yang padat. Bahkan jika sebagian ditembak jatuh, yang lain dapat menerobos.

Meskipun Shahed 136 tidak memiliki peralatan navigasi canggih, GPS bawaannya (dan terkadang kamera kecil yang menghadap ke depan) memberikan akurasi yang memadai terhadap lokasi yang tetap atau pertahanan yang lemah.

Terbang rendah dan relatif lambat, drone tersebut dapat menghindari radar, terutama ketika puluhan berada di udara sekaligus. Rusia telah menggunakan drone jenis itu secara ekstensif terhadap jaringan listrik Ukraina dan perumahan, sementara proksi Iran telah menyebarkannya untuk mengincar pangkalan AS di Irak dan Arab Saudi.

Dengan mengerahkan banyak drone, Iran tampaknya ingin membanjiri jaringan pertahanan udara Israel, membingungkan operator radar, dan menciptakan kerusakan fisik dan psikologis di garis depan.

Viral Konten AI Kerusakan Raja Ampat, Ini Kata Komdigi

Media sosial baru-baru ini diramaikan oleh konten berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menggambarkan kerusakan lingkungan di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Gambar dan video yang seolah-olah menunjukkan kerusakan parah akibat aktivitas tambang nikel memicu perhatian publik, termasuk tagar #SaveRajaAmpat yang viral. Namun, banyak dari konten tersebut ternyata merupakan hasil manipulasi AI, memunculkan kekhawatiran akan disinformasi visual.

Menanggapi fenomena ini, Direktur Kemitraan Komunikasi Lembaga dan Kehumasan sekaligus Pelaksana Tugas Direktur Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Marroli J. Indarto, mengakui tantangan dalam mengidentifikasi keaslian konten AI.

"Secara teknis, memang harus diakui susah. Harus lebih mendalam, dicek lagi tonenya. Kalau secara real, memang agak-agak susah," ujar Marroli saat usai sesi Ngopi Bareng Komdigi, Jumat (13/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Marroli menerangkan bahwa verifikasi konten AI memerlukan pendekatan teknis yang lebih cermat, termasuk analisis mendalam terhadap metadata dan pola visual. Namun, ia juga mengakui bahwa proses ini tidak selalu mudah dilakukan, terutama ketika konten menyebar dengan cepat di media sosial.

Lebih lanjut, Marroli menyampaikan bahwa Komdigi sedang mempersiapkan langkah strategis untuk mengatur ekosistem AI di Indonesia. Mengacu pada pernyataan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dan pejabat terkait, pemerintah tengah menyusun Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional yang dijadwalkan diluncurkan pada Juli 2025.

"Kan kemarin statement dari Bu Menteri akan menyiapkan roadmap tentang AI. Kalau nggak salah, bulan Juli akan diluncurkan untuk Indonesia," ungkap Marroli.

Peta jalan ini diharapkan menjadi pedoman pengembangan AI yang inklusif, etis, dan berorientasi pada kepentingan publik. Salah satu fokusnya adalah menangani isu disinformasi generatif, seperti konten AI yang memicu polemik Raja Ampat, dengan mandat pelabelan konten buatan AI dan penguatan literasi digital masyarakat.

Singapura Take Down Ribuan IP Address Terkait Cybercrime

Pemerintah Singapuramenurunkan lebih dari 1.000 IP Address yang diduga terkait dengankejahatan siber. Petugas dari Cybercrime Command di bawah Criminal Investigation Department of the Singapore Police Force (SPF) bekerja sama dengan Cyber Security Agency of Singapore (CSA) untuk mencatat alamat IP tersebut.

DitulisChannel News Asia, ini adalah bagian dari operasi empat bulan terakhir di antara 26 negara yang dipimpin Interpol. Misi ini dinamakan 'Operation Secure', sebagaimana disampaikan dalam pernyataan yang diterima Rabu (11/6/2025).

Operasi terhadap infrastrukturkejahatan dunia mayadilakukan dari Januari hingga April tahun ini. Badan penegak hukum dari 26 negara bekerja sama untuk menemukan server fisik yang diyakini menyebarkan perangkat lunak berbahaya (malware) yang dikenal sebagai 'infostealer'. Operasi tersebut melibatkan pemetaan jaringan fisik dan pelaksanaan penghapusan yang ditargetkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya global tersebut berhasil menghapus lebih dari 20.000 alamat IP dan domain berbahaya, kata polisi dalam rilis beritanya.

"(Malware tersebut) dirancang untuk menyusup secara diam-diam ke sistem komputer dan mencuri informasi sensitif," ujar polisi.

Data yang dicuri kemudian dikirim ke server jarak jauh yang dikendalikan oleh para penjahat dunia maya. Ditambahkan pula bahwa penghapusan alamat IP dan domain berbahaya yang terkait dengan infostealer tersebut menghentikan kendali penjahat dunia maya atas sistem yang disusupi dan secara efektif mengganggu sindikat kriminal lintas batas.

Lebih lanjut, polisi berujar bahwa partisipasi aktifnya dalam operasi tersebut memperkuat komitmen kepolisian untuk melindungi warga Singapura dari kejahatan dunia maya yang semakin canggih. Keterlibatan kuat dengan Interpol juga memperkuat tujuan SPF untuk menjadi mitra global dalam memerangi kejahatan dunia maya.

"Kolaborasi semacam itu penting untuk menjaga Singapura tetap aman dan terlindungi dari pelaku ancaman yang beroperasi di bawah anonimitas internet. Kolaborasi kuat kami dengan mitra lokal dan internasional utama dalam Operasi Secure merupakan faktor keberhasilan utama dalam membongkar jaringan kejahatan dunia maya ini," imbuh Kepolisian Singapura.

Singapura mengaku akan terus bekerja dengan CSA dan mitra lain yang berpikiran sama untuk melindungi warga Singapura dan bisnis dari ancaman di dunia maya. Mereka juga berjanji akan berusaha keras untuk mengganggu penjahat dunia maya dan operasi mereka.

Deretan Ilmuwan Nuklir Iran yang Diduga Dibunuh Mossad Israel

Dalam serangannya ke Iran, Israel antara lain menewaskan sedikitnya enam ilmuwan nuklir. Negara Yahudi itu mengklaim bahwa Iran sedang membuat bom atom, tetapi Teheran membantah mereka mengembangkan senjata nuklir.

Selama bertahun-tahun, beberapa ilmuwan nuklir Iran terbunuh dalam operasi yang secara luas dikaitkan dengan badan intelijen Israel, Mossad. Israel jarang mengonfirmasi keterlibatannya dalam operasi semacam itu. DikutipdetikINETdari TRT Global, berikut ini beberapa pembunuhan ilmuwan nuklir Iran yang diduga dilakukan oleh Israel dalam beberapa tahun terakhir.

Ardeshir Hosseinpour – Januari 2007

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang fisikawan nuklir dan dosen di Universitas Shiraz dan Universitas Teknologi Malek Ashtar, Hosseinpour adalah ahli elektromagnetisme dan tokoh kunci dalam penelitian nuklir Iran, khususnya di Pusat Teknologi Nuklir Isfahan.

Beberapa laporan mengungkapkan ia mati lemas terkait kebocoran gas, tapi intelijen Iran yakin bahwa Hosseinpour adalah korban Israel. Stratfor, sebuah perusahaan intelijen swasta dan kelompok penelitian terkemuka AS, juga mengklaim dalam sebuah laporan Februari 2007 bahwa Hosseinpour dibunuh oleh Mossad.

Masoud Ali Mohammadi – Januari 2010

Seorang profesor fisika di Universitas Teheran, Mohammadi adalah ilmuwan nuklir dengan keahlian dalam fisika partikel dan bidang kuantum. Ia bagian dari sebuah program penelitian nuklir yang terkait dengan Garda Revolusi Iran.

Ia terbunuh bom jarak jauh yang dipasang pada sepeda motor yang diparkir dekat mobilnya di luar rumahnya di Teheran. Ledakan itu memecahkan jendela apartemennya dan melukai dua orang yang lewat. Iran menganggap Israel dan AS bertanggung jawab atas pembunuhannya dan menangkap 10 warganya karena diduga bekerja untuk Mossad.

Majid Shahriari – November 2010

Seorang profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti, Shahriari tokoh kunci dalam program nuklir Iran. Ia tewas ketika pembunuh yang mengendarai sepeda motor menempelkan bom magnetik ke mobilnya di tengah lalu lintas Teheran dan meledakkannya dari jarak jauh. Istrinya terluka dalam serangan itu.

Mahmoud Ahmadinejad, saat itu presiden Iran, menyalahkan serangan itu pada rezim Zionis dan Barat. Serangan itu merupakan bagian dari upaya terkoordinasi pada hari yang sama yang menargetkan ilmuwan lain, Fereydoon Abbasi Davani, yang selamat. Iran menyalahkan Israel dan AS atas upaya pembunuhan itu.

Darioush Rezaeinejad – Juli 2011

Seorang kandidat doktor teknik elektro dan peneliti di fasilitas keamanan nasional, Rezaeinejad dilaporkan tengah mengerjakan sakelar tegangan tinggi yang penting untuk pemicu hulu ledak nuklir pada saat kematiannya.

Dua pria bersenjata bersepeda motor menembaknya lima kali di luar rumahnya di Teheran setelah ia menjemput putrinya dari TK. Istrinya juga terluka dalam serangan itu. Pejabat Iran membantah keterlibatan nuklir Rezaeinejad, tapi sumber asing mengaitkannya dengan program tersebut. Israel disalahkan, dengan laporan Der Spiegel mengutip keterlibatan Mossad.

Mostafa Ahmadi Roshan – Januari 2012

Seorang lulusan teknik kimia dan pengawas di fasilitas pengayaan uranium Natanz, Roshan merupakan tokoh kunci dalam upaya pengayaan nuklir Iran. Dua pembunuh mengendarai sepeda motor memasang bom magnetik di mobilnya di Teheran. Ledakan itu menewaskan Roshan dan sopirnya, serta melukai orang lain di dekatnya.

Mohsen Fakhrizadeh – November 2020

Dianggap luas sebagai arsitek program nuklir militer Iran, Fakhrizadeh adalah kepala Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan (SPND). Ia target intelijen Israel selama 15 tahun. Dalam operasi canggih, ia terbunuh senapan mesin bertenaga AI yang dikendalikan dari jarak jauh dan dipasang pada truk pikap Nissan dekat Teheran.

Senjata seberat satu ton itu, diselundupkan ke Iran dalam potongan-potongan, dioperasikan tim Mossad dari pusat komando di luar negeri. Truk itu meledak setelah serangan itu untuk menghancurkan bukti. Operasi itu kabarnya menunda program nuklir negara itu secara signifikan.

Dalam serangan drone dan jet tempur terbaru di Iran pada hari Jumat, Israel dilaporkan telah menewaskan enam ilmuwan nuklir Iran, yaitu Abdolhamid Minouchehr, Ahmadreza Zolfaghari, Seyed Amirhossein Feqhi, Motlabizadeh, Mohammad Mehdi Tehranchi, dan Fereydoun Abbasi.

Fosil Ular Berumur 38 Juta Tahun Ubah Pemahaman Evolusi

Sekelompok ahli paleontologi menemukan empat fosil ular yang utuh sehingga tengkorak, tulang rusuk, dan ekornya berada dalam kondisi hampir sempurna. Fosil ini ditemukan saat mereka mengeksplorasi penggalian di kawasan Wyoming barat.

Menemukan fosil ular biasanya berarti memilah-milah tumpukan tulang belakang kecil. Satu ruas tulang belakang di sini, satu fragmen tulang rusuk di sana, dan banyak dugaan tentang bagian tubuh hewan lainnya. Itulah sebabnya kerangka ular yang hampir lengkap ini menarik perhatian para ahli paleontologi.

Kuartet tersebut berasal dari sedimen yang terbentuk sekitar 38 juta tahun lalu selama awal Oligosen, masa ketika iklim dingin menyebar ke seluruh Amerika Utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ular-ular tersebut diawetkan bersama-sama dalam lapisan tipis batu lumpur halus, mengisyaratkan bahwa mereka mati dalam hitungan jam satu sama lain.

Pekerjaan laboratorium awal menghubungkan fosil-fosil tersebut dengan dua genus yang diketahui, tetapi ciri-ciri yang lebih halus segera mengarah ke sesuatu yang baru. Petunjuk-petunjuk itu akan membentuk kembali sudut pohon keluarga ular.

Perbandingan terperinci menunjukkan bahwa ular di wilayah Wyoming berbeda dalam bentuk rahang, susunan gigi, dan tulang belakang dari spesies yang pertama kali menyerupai mereka, Ogmophis dan Calamagras.

Perbedaannya konsisten pada keempat individu, sehingga peneliti memberi nama baru untuk spesies ini, Hibernophis breithaupti.

Hewan-hewan tersebut merupakan penggali kecil, masing-masing panjangnya hanya beberapa kaki, dengan spesimen terbesar dua kali lebih panjang dari rekan-rekannya. Ukuran yang tersebar itu menawarkan sekilas pandang langka dari tahap remaja dan dewasa dalam satu spesies.

Michael Caldwell dari Fakultas Sains di Alberta University terkejut dengan kondisi fosil tersebut. "Di koleksi museum di seluruh dunia, mungkin ada hampir satu juta ruas tulang ular yang tidak terartikulasi. Mudah ditemukan. Namun, menemukan ular utuh? Itu langka," kata Caldwell bersemangat, dikutip dari Earth.com.

Keempat kerangka tersebut memberi peneliti peta berkelanjutan yang memuat lebih dari 200 ruas tulang belakang, ditambah tulang rusuk dan tulang tengkorak yang halus, yang memungkinkan mereka melihat bagaimana setiap bagian berubah dari kepala hingga ekor, sesuatu yang tidak dapat ditunjukkan oleh tulang-tulang yang terisolasi.

Tim tersebut menggabungkan data anatomi dengan urutan DNA dari ular hidup untuk mengetahui hubungan evolusi.

Analisis mereka menempatkan Hibernophis dekat dengan ular boa masa kini, famili beragam yang mencakup pemanjat pohon, perenang pasir, dan ular pembatas besar.

"Kami belajar lebih banyak tentang evolusi Boidae dalam arti luas. Tampaknya mereka mungkin awalnya adalah ular berbadan relatif kecil, yang menarik," kata Caldwell.

Genus baru ini berada di luar cabang-cabang yang menopang spesies boa modern, yang menunjukkan bahwa famili boa telah mulai terpecah menjadi beberapa garis keturunan pada awal Oligosen.

Pola pertumbuhan memberikan petunjuk lain. Ular Wyoming terkecil memiliki tengkorak sepanjang hampir setengah inci, sedangkan ular terbesar memiliki tulang rahang yang lebih tebal dan jahitan yang menyatu.

Pengamatan itu mendukung gagasan bahwa boa leluhur berukuran sedang sebelum beberapa garis keturunan berevolusi menjadi raksasa yang terlihat saat ini.

Karena Hibernophis melanjutkan tulang belakang yang berartikulasi pada catatan, para peneliti dapat mencocokkan tulang belakang tertentu dengan tahap kehidupan tertentu.

Keempat ular itu melingkar bersama di dalam sesuatu yang tampak seperti hibernaculum, tempat perlindungan musim dingin yang digunakan bersama oleh banyak individu.

Caldwell mencatat bahwa susunan tersebut mewakili perilaku sosial pada ular, yang merupakan sesuatu yang jarang kita lihat. "Ini sungguh tidak biasa bagi reptil. Dari hampir 15 ribu jenis spesies reptil yang hidup saat ini, tidak ada satu pun yang berhibernasi seperti yang dilakukan ular garter," tambahnya.

Gugusan fosil menunjukkan bahwa taktik seperti garter sudah ada jutaan tahun lalu. "Mereka tidak dapat mengatur suhu tubuh mereka, jadi mereka perlu menyimpan panas sebanyak mungkin selama musim dingin dengan membentuk massa besar," jelas Caldwell.

Ular garter modern terkadang berkumpul dalam kelompok yang jumlahnya ratusan. Ular derik oportunistik juga terlihat menyelinap ke dalam kerumunan untuk mendapatkan kehangatan.

Penemuan di Wyoming mengisyaratkan bahwa tempat berlindung komunal muncul lebih awal dan mungkin tersebar luas di antara ular purba.

Fosil-fosil tersebut berada dalam kondisi murni berkat letusan gunung berapi di dekatnya yang menyemburkan awan abu ketika ular-ular tersebut berlindung di bawah tanah.

Partikel-partikel halus awan abu mengendap di dataran banjir, menutup liang-liang dengan lapisan kedap udara yang memperlambat pembusukan. "Partikel-partikel tersebut diawetkan dalam keadaan yang sangat tidak biasa, secara geologis," kata Caldwell.

Lapisan abu bergantian dengan semburan lumpur yang terbawa hujan musiman, mengunci kerangka tersebut ke dalam 'Formasi Sungai Putih', sebutan para ahli untuk suatu unit kaya fosil yang membentang di beberapa negara bagian Great Plains.

Banjir kecil segera menyumbat liang dengan lumpur, sehingga ular-ular tidak terganggu sampai para penambang membelah batu. "Fosilisasi adalah proses kasar yang membutuhkan kondisi yang tepat untuk pengawetan," terang Caldwell.

Dengan setiap tulang masih pada tempatnya, kuartet tersebut menunjukkan bagaimana ruas tulang belakang bergeser di sepanjang tulang belakang, sebuah referensi yang dapat menyebabkan museum mempertimbangkan kembali label pada tulang-tulang yang longgar.

Yuk, Kenali Lebih Jauh Teknologi di Balik World App!

Belakangan ini, World App ramai jadi perbincangan di media sosial. Seiring dengan tingginya antusiasme, muncul pula berbagai informasi yang simpang siur.

Melihat hal ini, perusahaan teknologi di balik pengembangan aplikasi World Tools for Humanity (TFH) memberikan klarifikasi untuk meluruskan sejumlah informasi yang dinilai tidak tepat. Mulai dari klaim soal insentif Rp 800.000 setelah verifikasi, hingga kekhawatiran soal penyimpanan data biometrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Tidak Ada Pembayaran Setelah Verifikasi

Salah satu info yang paling banyak menyebar adalah kabar pengguna akan menerima uang tunai setelah melakukan verifikasi World App. Faktanya, World App tidak memberikan imbalan uang setelah proses verifikasi.

Token Worldcoin (WLD) yang diberikan adalah manfaat opsional untuk semua orang yang sudah terverifikasi di jaringan World dan cara untuk memulai penggunaan layanan dalam aplikasi, bukan bentuk pembayaran. Pengguna bebas menentukan bagaimana akan menggunakannya seperti memanfaatkan berbagai layanan yang tersedia di berbagai Mini Apps, di mana pengguna bisa melakukan berbagai hal seperti bermain games, membuat polling, bergabung ke komunitas, hingga mengakses konten pendidikan.

Teknologi ini bukanlah alat untuk menghasilkan uang, melainkan sebuah solusi otentikasi manusia yang dirancang untuk melindungi individu dari berbagai ancaman digital seperti deepfake, penipuan online, dan manipulasi AI.

Setiap teknologi baru pasti mengundang pertanyaan, apalagi jika menyangkut data pribadi. Publik pun wajar mempertanyakan bagaimana World App bekerja, khususnya dalam hal penggunaan data biometrik.

Menjawab hal itu, TFH menegaskan mereka tidak pernah menyimpan atau menjual data pribadi apa pun-termasuk data iris. Pemegang World ID yang telah diverifikasi juga tetap anonim.

World ID diverifikasi dengan menggunakan perangkat Orb. Orb adalah perangkat berbentuk bola yang digunakan untuk memverifikasi bahwa seseorang benar-benar manusia, bukan bot atau program otomatis.

Cara kerjanya adalah dengan mengambil gambar iris untuk membuat kode unik, tanpa menyimpan data pribadi pengguna. Data yang diproses akan dikirim ke ponsel pengguna, dihapus secara permanen dari Orb, dan tidak disimpan oleh World maupun TFH.

Proses ini dikenal dengan istilah Personal Custody, yaitu cara World memastikan setiap individu memiliki kendali penuh atas informasi dan identitas mereka sendiri. Proses verifikasi ini tidak menyimpan data pribadi di server eksternal apapun.

World tidak menyimpan data biometrik, serta tidak menyimpan informasi pribadi seperti alamat, nomor identitas nasional, nomor telepon, atau data pribadi lainnya. Semua proses dilakukan dengan persetujuan eksplisit pengguna di aplikasi World App, lengkap dengan penjelasan soal apa itu World ID dan bagaimana data mereka diproses.

Seluruh syarat dan ketentuan juga tersedia dalam Bahasa Indonesia, baik di aplikasi maupun situs resminya. Pengambilan gambar melalui Orb juga hanya dilakukan setelah pengguna menyetujui tiga hal utama: pengambilan foto wajah dan mata untuk membuat kode iris, persetujuan agar data diproses secara anonim, dan persetujuan untuk mengenkripsi serta mengirimkan data ke perangkat pribadi.

Teknologi ini didukung oleh Zero-Knowledge Proof (ZKP) dan Advanced Multi-Party Computation (AMPC)-dua sistem keamanan tingkat tinggi yang memastikan data tidak bisa ditelusuri kembali ke identitas pribadi siapa pun.

3. Transparan, Open-Source, dan Siap Diaudit

World mengembangkan sistem yang sepenuhnya open-source dan dapat diaudit. Artinya, siapa pun, termasuk lembaga pengawas seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dapat meninjau kode serta proses teknis yang digunakan.

World secara rutin melakukan audit dan pemeriksaan kepatuhan, baik secara internal maupun oleh pihak independen eksternal, terhadap seluruh teknologinya, termasuk perangkat Orb. Audit terbaru dilakukan oleh firma keamanan siber Trail of Bits, yang mengungkapkan tidak ditemukan celah keamanan.

Hasil audit juga menegaskan Orb tidak mengambil data tambahan apa pun, dan proses pengelolaan kode iris telah diamankan menggunakan teknologi AMPC dan ZKP, yang bahkan melampaui standar industri saat ini.

"Teknologi World App bisa diuji, diperiksa, dan diaudit publik secara terbuka. Kami percaya bahwa kepercayaan dibangun melalui transparansi dan akuntabilitas," kata juru bicara dari TFH, dalam keterangan tertulis, Jumat (13/6/2025).

4. Teknologi yang Memberdayakan

World ingin mengubah anggapan teknologi otentikasi manusia itu bersifat invasif atau mengganggu privasi. Sebaliknya, teknologi ini justru hadir sebagai salah satu cara paling aman dan menjaga kenyamanan pengguna untuk tetap jadi diri sendiri di dunia digital.

Di level global, World sudah bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Visa, Matchgroup (perusahaan yang menaungi Tinder), dan platform digital lainnya. Potensinya pun luas, mulai dari akses ke layanan edukasi, sistem login yang lebih aman, hingga fitur sosial yang lebih terpercaya dan bebas bot.

"Di Tools for Humanity, kami menetapkan standar baru dalam teknologi proof-of-human dengan menggabungkan inovasi terdepan dan standar etika yang tinggi, sekaligus menciptakan model baru verifikasi identitas digital yang meningkatkan keamanan, melindungi privasi, dan mendukung langkah Indonesia dalam menghadapi masa depan berbasis AI," pungkasnya.

Deretan Fitur iOS 26 yang Sudah Ada di Android Sejak Lama

Apple memamerkan iOS 26 di ajang WWDC 2025 dengan berbagai fitur baru dan tampilan yang dirombak total, bahkan perubahan desain terbesar iOS sejak tahun 2013.

Namun beberapa fitur yang diboyong ke iOS 26 ini sebenarnya tak baru-baru amat untuk sistem operasi Android. Apa saja fitur tersebut?

Fitur Call Screening akan otomatis menjawab panggilan telepon dari nomor tak diketahui, dan mentranskrip pembicaraan secara realtime. Sementara Hold Assist mendeteksi musik, otomatis membisukan panggilan dan memberi tahu saat sudah ada suara orang di ujung telepon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini fitur yang menarik, namun Android sudah punya fitur ini sejak 2018, yaitu Google Call Assist yang berisi Call Screen (ada sejak Pixel 3) dan Hold for Me (ada sejak 2020).

iOS 26 bisa mendeteksi pesan spam dan langsung memasukkan pesan tersebut ke dalam folder Unknown Senders sehingga tak muncul di feed utama. Pesan spam itu tak akan muncul dalam notifikasi.

Lagi-lagi, fitur ini sudah ada di aplikasi Messages bikinan Google sejak 2018. Bahkan fitur yang ada di Android ini lebih canggih karena bisa otomatis memberikan peringatan dan menyaring panggilan telepon spam lewat aplikasi Phone. Belum lagi kini Google melanjutkan pendeteksi scam secara real time, yaitu bisa mendeteksi penipuan pada panggilan telepon yang sedang terjadi.

Live Translation di iOS 26 bisa mengubah omongan dan teks, baik itu di Messages, FaceTime, dan panggilan telepon ke berbagai bahasa. Bahkan AirPods kini bisa mengeluarkan suara kata-kata yang sudah diterjemahkan selama percakapan.

Di Android, fitur semacam ini sudah ada sejak 2021 lewat Live Translate yang hadir di Pixel 6, mendukung 20 bahasa secara offline. Kemudian fiturnya ditambahi integrasi ke Pixel Buds.

Visual Intelligence bisa dibilang adalah Circle to Search versi iOS. Di Android fitur ini ada sejak Januari 2024.

Lewat Genmoji, pengguna bisa mengkombinasikan dua emoji dan membuat sebuah gambar dinamis baru, dan bisa ditambahi dengan perintah berbasis teks untuk membuat stiker kustom.

Di Android pada tahun 2020 ada fitur Emoji Kitchen yang terintegrasi di Gboard. Namun memang versi Android ini tak bisa membuat emoji baru, namun sudah ada lebih dari 100 ribu template kombinasi.

Dan, terakhir adalah Liquid Glass, yaitu bahasa desain baru yang diterapkan di iOS 26. Ikon yang nyaris transparan dan lapisan mirip kaca yang sangat berkilau. Bahasa desain seperti ini bahkan sudah ada di Android sejak awal tahun 2010, lewat launcher pihak ketiga seperti GO Launcher dan ADW.

Harus diakui, dalam sejarahnya, Apple memang seringkali "meniru" fitur-fitur yang sudah ada di platform lain. Namun biasanya, implementasi yang dilakukan Apple terasa lebih matang.